Cari Blog Ini

Minggu, 02 Januari 2011

Bruno Metsu Menjadi Mualaf Saat Melatih Tim Senegal

Bruno Lucas Felix
Metsu, demikian nama
lengkap pemberian orang
tuanya. Namun publik
sepak bola dunia lebih
mengenalnya dengan
Bruno Metsu. Namanya
makin mencuat setelah ia
berhasil membawa tim
asuhannya, Senegal,
masuk perempatfinal Piala
Dunia 2002 silam.
Keberhasilan membawa
tim nasional sepak bola
Senegal hingga ke
perempatfinal Piala Dunia
2002 bisa dibilang sebagai
prestasi terbesar Metsu
sepanjang karirnya di
dunia sepak bola.
Lebih dari 30 tahun
berkarir, Metsu bukanlah
pemain dan pelatih
terkenal. Ia pernah
bermain di klub papan
bawah Prancis dan Belgia
seperti Dunkerqe, Nice,
Lille dan Anderlecht. Sejak
1988, ia menangani klub
kelas dua Prancis,
Beauvais, kemudian Lille,
Valenciennes, Sedan, dan
Valence. Sebelum
menangani Senegal, ia
sempat menangani
negara kecil Afrika,
Guinea, selama enam
bulan.
Meski sukses melatih
timnas Senegal, bukan
berarti Metsu tidak
menemui hambatan.
Pertama kali tiba d
Senegal, menurutnya,
sama seperti pertama kali
menangani klub Sedan.
Semua orang
menganggapnya sebagai
makhluk asing dari luar
angkasa. ''Mestinya,
sebelum menilai
seseorang, beri dia waktu
untuk bekerja. Tapi
biarlah, toh semua pun
kemudian tahu apa yang
telah saya perbuat,''
katanya.
Namun, nyatanya dalam
waktu singkat Metsu
berhasil menggaet simpati
para pemain dan official
tim Senegal. Bukan
dengan pendekatan
hirarkis dan militeristik,
melainkan dengan pola
keterbukaan dan saling
menyayangi. Kepada para
pemain, berkali-kali ia
menegaskan, ''Aku bukan
polisi, tapi pelatih. Dan
kalian bebas
mengekspresikan apa
saja.''
Dengan pendekatan itu,
Metsu berkeliling ke
sejumlah klub papan
bawah Prancis, dan
berhasil membawa
pulang para pemain yang
sebelumnya enggan
bergabung di tim
nasional. Dalam
menumbuhkan motivasi,
disiplin dan
tanggungjawab, dia tidak
pernah melepaskan
suasana rileks, senda
gurau, dan kekeluargaan.
Apapun persoalan yang
dihadapi, selalu
dipecahkan bersama.
Filosofi kepelatihan yang
ada dalam diri Metsu
sebenarnya kian tumbuh
seiring dengan
keterpesonaannya
terhadap benua Afrika.
Pria yang lahir di
Coudekerque-Village,
Prancis, pada 28 Januari
1954 ini sangat
mengagumi budaya
Afrika. ''Ada suatu misteri,
nilai-nilai kemanusiaan,
solidaritas, persahabatan,
sesuatu yang sudha
hilang di Eropa,'' katanya.
Di Afrika, menurutnya,
pintu selalu terbuka. Di
Eropa, pemain hanya akan
mendatangi pelatih saat
punya masalah.
Sementara di Afrika,
mereka akan
mendatanginya kapan
pun, untuk menyaksikan
bagaimana sang pelatih
bekerja. Pesona Afrika itu
sangat menyetuh Metsu.
''Aku ini kulit putih berhati
negro,'' tukasnya bangga.
Boleh jadi, sentuhan nilai-
nilai Afrika ini pula yang
membuatnya memeluk
Islam pada 24 Maret 2002
silam. Asal tahu saja, lebih
dari 90 persen penduduk
Senegal adalah pemeluk
Islam. Setelah masuk
Islam, ia kemudian
mengganti namanya
dengan Abdul Karim.
Abdul Karim sendiri
memang tak pernah
mengungkapkan
alasannya memeluk
Islam. Baginya, agama
adalah masalah privasi.
Dia tak ingin mengumbar
privasinya di depan
publik.
Kini, ia hidup tenteram
bersama istrinya, seorang
perempuan Senegal
bernama Rokhaya Daba
Ndiaye. Mereka menikah
dengan uang tunai 6 ribu
euro sebagai mas kawin.
Rokhaya, bersama isteri
para pemain Senegal,
selalu setia memberi
semangat pada tim
nasional setiap kali mereka
bertanding. Seperti pada
ajang Piala Dunia 2002 di
Korea Selatan dan Jepang.
Tidak seperti pelatih tim
negara lain yang melarang
para pemainnya untuk
mengajak serta para istri
mereka, Abdul Karim
justru menempatkan para
istri dari skuad tim
nasional Senegal dalam
satu hotel yang sama
dimana mereka menginap
selama perhelatan Piala
Dunia 2002.
Usai mengukir prestasi di
Piala Dunia 2002,
sejumlah klub dan negara
berebut meminangnya.
Kini ia dipercaya oleh
Federasi Sepak Bola Qatar
(QFF) untuk melatih tim
nasional Qatar hingga
2014 mendatang. Dengan
capaian prestasi yang
pernah ia torehkan saat
mengarsiteki tim nasional
Senegal, tak
mengherankan jika publik
Qatar menaruh harapan
besar pada diri Abdul
Karim untuk mewujudkan
impian lolos ke putaran
final Piala Dunia 2014 di
Brasil.

Tips Memilih Burger yang Lezat dan Halal

Burger.
Makanan asal Benua Eropa
yang satu ini memang
telah men dunia. Kini,
burger hadir hampir di
seluruh kota di Tanah Air.
Hampir setiap orang
menyukainya, baik anak-
anak, remaja, maupun
dewasa. Tak terkecuali
konsumen Muslim.
Islam mengajarkan
umatnya untuk selalu
mengonsumsi makanan
yang sehat dan halal.
Karenanya, konsumen
Muslim harus hati-hati
dalam memilih burger
yang akan
dikonsumsinya. Sebab,
makanan yang satu ini
memiliki titik kritis
keharaman pada sejumlah
bahan pembuatnya.
"Agar tidak terjebak
mengonsumsi burger
yang tidak halal, ada
baiknya diketahui terlebih
dahulu bahan apa saja
yang digunakan dalam
makanan itu," ujar
Direktur Eksekutif
Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI)
Lukmanul Hakim.
Menurut dia, burger
adalah racikan makanan
yang terdiri atas roti,
daging, keju, mayones,
mentega, sayuran, serta
beberapa jenis saus. Oleh
karena itu, papar
Lukmanul, untuk
memastikan kehalalan
burger tersebut, penting
mengenali satu demi satu
bahan yang digunakan.
Roti
Lukmanul
mengungkapkan, bahan
utama roti adalah tepung
terigu yang pada
dasarnya tidak
bermasalah. Namun,
persoalan muncul ketika
pada tepung terigu
ditambahkan zat-zat yang
haram, misalnya, bulu
binatang yang prosesnya
tidak halal, atau dari
bagian tubuh manusia.
"Zat tambahan yang
sering ditemukan pada
terigu adalah L-sistein
yang berfungsi sebagai
improving agent yang
dapat meningkatkan sifat
tepung terigu menjadi
lebih lembut dan mudah
mengembang," ungkap
Lukmanul. L-sistein, kata
Lukmanul, bisa berasal
dari rambut manusia atau
bulu unggas. Jika terbuat
dari rambut manusia,
maka hukumnya jelas
haram. Sedangkan jika
berasal dari hewan, harus
pula dipastikan bahwa
hewan tersebut telah
disembelih secara halal,
bukan dari bangkai
ataupun bulu yang
dicabut dari hewan yang
masih hidup.
Selain L-sistein, lanjut
Lukmanul, pada tepung
terigu biasanya juga
terdapat tambahan
vitamin dan mineral.
Sedangkan zat yang dapat
menstabilkan vitamin agar
tidak cepat rusak adalah
gelatin. Yang perlu
diwaspadai adalah gelatin
tersebut terbuat dari
lemak sapi yang halal,
atau dari lemak babi.
Daging
Bahan berikutnya yang
harus dicermati adalah
daging, yang bisa berasal
dari daging sapi, daging
ayam, bahkan bisa juga
berasal dari daging babi.
"Daging babi tak perlu
dibahas karena hukumnya
jelas haram. Namun,
untuk daging sapi
maupun daging ayam, hal
yang harus diwaspadai
adalah proses penyembeli
han, penyimpanan,
hingga pengolahannya,"
papar Lukmanul.
Jika penyembelihan
dilakukan secara syariat
Islam serta penyimpanan
dan pengolahannya tidak
tercampur dengan zat
yang haram, maka daging
tersebut tentu halal
dikonsumsi. Jika
sebaliknya, maka daging
tersebut menjadi haram.
Keju
Titik kritis lain dalam
burger terletak pada keju.
Keju adalah produk olahan
susu, di mana susu
adalah sumber protein
hewani yang halal.
Namun, ketika sudah
menjadi keju, produk
olahan susu ini harus pula
dicermati karena terdapat
bahan tambahan lainnya
seperti kultur bakteri,
enzim, dan pewarna.
"Bahan-bahan tambahan
tersebut harus diteliti
sumbernya, terutama
enzim dan kultur bakteri,"
tuturnya. Enzim rennet
yang biasa digunakan
dapat berasal dari hewan
atau diproduksi secara
mikrobial. Jika berasal dari
hewan maka sumber
hewan dan proses
penyembelihannya harus
menjadi fokus utama dari
penelusuran kehalalannya.
Sedangkan jika diproduksi
secara mikrobial, maka
harus jelas media yang
digunakan untuk
pertumbuhan dan
produksinya.
Mentega
Secara umum mentega
terbuat dari minyak dan
lemak, baik yang berasal
dari nabati (tumbuh-
tumbuhan) maupun
hewani. Di Eropa,
margarin bisa dibuat dari
lemak apa pun sehingga
status kehalalannya sangat
diragukan. Menurut
Lukmanul, jika mentega
tersebut berasal dari
lemak hewani di mana
jenisnya adalah lemak
babi atau lemak sapi yang
tidak disembelih secara
Islami, maka mentega
tersebut haram.
Selain itu, proses
pembuatan menteganya
sendiri juga harus
diperhatikan, karena
melibatkan dua cara, yakni
fermentasi dan tanpa
fermentasi. Mentega yang
dibuat dengan proses
fermentasi sering kali
dikenal dengan nama
roombotter yang
beraroma lebih wangi dan
tajam.
"Kehalalan mentega yang
dibuat dengan melibatkan
proses fermentasi
diragukan, mengingat
media tumbuh bakteri
asam laktat rawan
kehalalannya dan media
ini bisa tercampur ke
dalam mentega," ujar
Lukmanul.
Bahan lain
Selain bahan-bahan
tersebut, untuk
menambah kelezatannya,
burger juga kerap
ditambah dengan aneka
penyedap seperti
mustard, yang dibuat dari
biji mustard berwarna
kuning, saus, hingga
kecap. Bahan-bahan
tambahan inipun mesti
diwaspadai, mulai dari
bahan dasarnya hingga
proses pembuatannya.
Untuk memperoleh
burger lezat sekaligus
halal, tentu tak perlu
memeriksa satu demi satu
setiap bahan yang hendak
digunakan. Sebab, kini
telah banyak tersedia
berbagai bahan dasar
pembuatan burger yang
telah besertifikat halal dari
MUI. Konsumen hanya
perlu datang ke
supermarket, lalu
memeriksa label halal
dalam kemasannya.

Kristiane Backer, Menemukan Islam dan Quran yang Rasional

Berawal dari ketertarikan
mengkaji Islam melalui
diskusi bersama sang
suami, mantan presenter
MTV, Kristiane Backer,
menemukan Islam
sebagai agama yang logis
dan rasional. Menurut dia,
Islam berpihak kepada
perempuan dan laki-laki.
Dia menambahkan, dalam
Islam, perempuan telah
memiliki hak untuk
memilih pada tahun 600
Masehi. Perempuan dan
laki-laki di dalam Islam
pun berpakaian dengan
cara yang sopan.
Kristiane Backer lahir dan
tumbuh dewasa di tengah
keluarga Protestan di
Hamburg, Jerman.
Kariernya sebagai
presenter dimulai pada
usia 21 tahun. Kala itu ia
bergabung dengan radio
Hamburg sebagai
wartawati. Dua tahun
kemudian, ia terpilih
sebagai presenter MTV
Eropa di antara ribuan
pelamar. Dunia yang
dipilihnya itu,
mengantarkan Kristiane
bertemu dengan banyak
pesohor dari berbagai
negara. Ia pun merasakan
sebuah kehidupan yang
glamor. Di tengah
kehidupan glamornya, ia
mengalami keguncangan
spiritual.
Kemudian di tahun 1992,
Kristiane bertemu dengan
Imran Khan, yang
akhirnya menjadi
suaminya. Imran Khan
adalah anggota tim kriket
Pakistan. Pertemuan itu
adalah yang pertama kali
antara Kristiane dengan
seorang bintang yang
beragama Islam. Kristiane
dan Khan senantiasa
berdiskusi tentang Islam.
Saat mengkaji agama
samawi itu bersama
suami, Kristiane
menemukan Islam dan
Quran yang begitu
rasional. Ia mengaku apa
yang dikatakan lingkungan
dan orang-orang
terdekatnya cenderung
salah tentang Islam. Ia
menilai Islam begitu
menjunjung tinggi hak-
hak wanita, yang
sekarang tengah
diperjuangkan di seluruh
dunia. Jauh sebelumnya,
Islam telah menjunjung
tinggi hak-hak wanita
sejak ratusan tahun yang
lalu.
Semenjak itu, Kristine
secara perlahan mulai
menyesuaikan
kehidupannya dengan
nilai-nilai Islam. Akhirnya,
ia menerima Islam setelah
mengucap syahadat. Ia
pun mempelajari shalat
lima waktu dan berpuasa
Ramadhan, sebagaimana
kewajiban Muslim pada
umumnya.
Meski begitu,
keputusannya masuk
Islam menuai berbagai
macam cobaan. Saat itu,
Kristiane tidak lagi
dipercaya menjadi
presenter. Tak hanya itu,
kawan-kawan dan
kerabatnya pun
mengucilkannya.
Beruntung, kedua orang
tua Backer tak
mempermasalahkan jalan
hidup yang dipilih
anaknya itu. Bahkan,
suasana keluarganya kian
hangat oleh diskusi-
diskusi seputar keislaman.

Camilla Leyland, Guru Yoga yang Memutuskan Menjadi Muslimah

Namanya Camilla Leyland.
Usianya kini 32 tahun. Bagi
warga Cornwall, Inggris,
Camilla sudah tak asing
lagi. Ia memiliki sanggar
yoga terbesar dan terkenal
di kota itu, Camilla Yoga.
Namun tak banyak yang
tahu, ibu dari seorang
putri, Inaya, ini adalah
seorang Muslim. Ia
memutuskan untuk
menganut Islam pada usia
20-an tahun.
Beda dengan pandangan
Barat soal perlakuan Islam
atas perempuan, ia justru
tertarik mempelajari Islam
karena alasan ini.
Menurutnya, tak seperti
pandangan banyak orang,
Islam justru
mendudukkan
perempuan setara dengan
laki-laki, dalam fungsi dan
tugas masing-masing.
"Saya tahu, orang pasti
akan terkejut mendengar
kata "feminisme dan
"Islam". Namun jangan
salah, dalam Alquran,
wanita mempunyai
kedudukan setara laki-laki
dan ketika agama ini
dilahirkan, perempuan
adalah warga kelas dua
dalam masyarakat
misoginis," ujarnya.
Menurutnya, banyak
orang yang salah
mendudukkan antara
budaya dan agama. Di
negara Islam, kebebasan
wanita dikungkung
mungkin benar, namun
jangan salah juga, ketika
saya tumbuh, saya juga
merasa tertekan dalam
kultur masyarakat Barat
yang begini," ujarnya.
"Tekanan" yang
dimaksudkan, adalah
tuntutan sosial agar
wanita berlaku sama
dengan pria, dengan
minum minuman keras
dan seks bebas. "Tak ada
artinya semua itu bagi
saya. Dalam Islam, ketika
Anda mulai menjalin
hubungan, maka artinya
adalah sebuah komitmen
yang intens," ujarnya.
Camilla besar dalam
lingkungan kelas
menengah Inggris.
Ayahnya adalah direktur
Southampton Institute of
Education dan ibunya
dosen ekonomi. Camilla
mulai tertarik pada Islam
sejak sekolah menengah.
Dahaganya akan
pengetahuan keislaman
agak terpuaskan ketelah ia
masuk universitas, yang
dilanjutkan dengan meraih
gelar master untuk bidang
studi Timur Tengah.
Pencerahan datang saat ia
tinggal dan bekerja di
Suriah. Ia makin tertarik
pada Islam setelah
membaca terjemah
Alquran. "Saya tertarik
untuk menjadi mualaf,"
ujarnya.
Keputusannya menganut
Islam membuat teman-
teman dan keluarganya
heran. "Sulit bagi mereka
untuk memahami
seorang yang terpelajar,
berasal dari kelas
menengah, dan berkulit
putih pula, memutuskan
untuk menjadi Muslim,"
ujar Camilla.
Ia sempat mengenakan
jilbab, namun kini dia
tampil tanpa jilbab.
Namun ia mengaku makin
mantap dengan islam dan
tak pernah melalaikan
shalat.
Ia bersyukur menemukan
Islam. Ia bercerita, makin
kuat tekadnya memegang
teguh agamanya saat
menghadiri ulang tahun
temannya di sebuah bar,
saat itu ia tampil perjilbab.
"Saya berjalan, dengan
jilbab dan pakaian rapat
saya, melihat semua mata
menatap saya dan
beberapa yang mabuk
mengucapkan kata-kata
tak senonoh atau menari
secara provokatif. Untuk
pertama kalinya, saya
menyaksikan masa lalu
saya dengan sebelah mata
dan saya tahu, saya tak
akan pernah ingin kembali
pada kehidupan semacam
itu," ujarnya.
Ia menyatakan beruntung
menemukan "rute
penyelamatan diri"-nya,
Islam. "Ini saya yang
sesungguhnya: saya
bahagia berdoa lima kali
sehari, dan mengikuti
pengajian di masjid. Saya
tak lagi menjadi budak
dari masyarakat yang
rusak," ujarnya.

Tina Styliandou: Dulu Aku Diajari untuk Membenci Islam

Saya
lahir di Athena, Yunani,
dari orang tua penganut
Kristen Ortodok Yunani.
Keluarga ayah saya tinggal
di Istanbul, Turki, hampir
di seluruh hidup mereka.
Ayah pun lahir dan besar
di sana. Mereka keluarga
sejahtera, berpendidikan
baik dan seperti sebagian
besar Kristen Ortodok
yang tinggal di negara
Islam, mereka sangat
berpegang teguh dengan
ajaran agama.
Tiba masa ketika
pemerintah Turki
memutuskan menendang
mayoritas keturunan
Yunani keluar dari negara
itu dan menyita kekayaan,
rumah serta bisnis
mereka. Kondisi itu
memaksa keluarga ayah
saya kembali ke Yunani
dengan tangan kosong.
Ini yang dilakukan Muslim
Turki dan itu yang
mengesahkan, menurut
mereka, untuk membenci
Islam.
Keluarga Ibu saya tinggal
di sebuah pulau Yunani di
perbatasan antara Yunani
dan Turki. Selama
serangan Turki
berlangsung, Turki
menguasai pulau tersebut,
membakar rumah-
rumah. Demi
keselamatan, penduduk
pulau pun melarikan diri di
daratan utama Yunani.
Lebih banyak alasan lagi
untuk membenci Muslim
Turki.
Yunani, lebih dari 400
tahun dikuasai Turki.
Akhirnya kami, kaum
muda Yunani diajarkan
untuk meyakini bahwa
setiap kejahatan yang
dilakukan terhadap
Yunani, adalah tanggung
jawab Islam. Jadi, selama
beratus tahun kami diajari,
dalam buku-buku sejarah
dan agama, untuk
membenci dan
mengolok-olok agama
Islam.
Dalam buku kami, Islam
bukanlah sebuah agama
dan Rasul Muhammad
saw. bukanlah nabi. Ia
hanyalah seorang
pemimpin dan politisi
sangat cerdas yang
mengumpulkan aturan
dan hukum dari kitab
Yahudi dan Kristen. Lalu ia
menambahi dengan ide-
idenya sendiri dan
menguasai dunia.
Di sekolah, kami bahkan
diajari untuk mengolok-
olok dia, istrinya serta
sahabat-sahabatny.
Semua 'karikatur' dan
lelucon kasar
terhadapnya--yang
dipublikasikan di banyak
media saat ini--adalah
bagian dari pelajaran kelas
dan ujian kami!.
Alhamdulillah, Allah
melindungi hati saya dan
kebencian terhadap Islam
tak pernah memasuki
kalbu. Bantuan terbesar
bagi saya mungkin dari
dua orang tua yang
bukanlah sosok relegius.
Mereka jarang
mempraktekkan ritual
keagamaan dan hanya
datang ke gereja saat ada
pernikahan dan
pemakaman.
Alasan yang membuat
ayah saya menarik diri
dari agamanya ialah
korupsi yang ia saksikan
dilakukan para pendeta
setiap hari. Bagaimana
mungkin orang-orang ini
berkotbah tentang Tuhan
dan kebaikan tapi pada
saat bersamaan mencuri
dari dana gereja, membeli
vila dan memiliki mobil
Mercedes serta
menyebarkan gagasan
homoseksual di kalangan
mereka sendiri?
Apakah ini perwakilan
yang benar dari agama
yang akan memandu
kami, mengoreksi kami
dan mendekatkan kami
kepada Tuhan. Ayah saya
muak dengan mereka dan
itulah yang membuat ia
menjadi atheis. Gereja-
gereja pun mulai
kehilangan jemaat, paling
tidak di negara saya,
karena aksi para pendeta.
Tak Puas dengan
Keyakinan Awal
Sebagai remaja, saya
mencintai buku dan
membaca banyak. Saya
sendiri tidak pernah
benar-benar puas dengan
Kristen yang saya peluk.
Saya mempercayai
Tuhan, rasa takut dan
cinta kepadanya, namun
yang lain sungguh
membingungkan saya.
Saya mulau mencari
namun saya tak pernah
mencari dan memelajari
Islam. Mungkin karena
latar belakang pendidikan
saya bertentangan dengan
ajaran ini.
Namun alhamdulillah, Ia
mengasihi jiwa saya dan
memandu saya kepada
cahaya. Ia mengirimkan
ke hidup saya seorang
suami, lelaki Muslim yang
menumbuhkan cinta ke
dalam hati saya. Kami
saat itu menikah tanpa
memedulikan perbedaan
agama.
Suami saya selalu
bersedia menjawab
pertanyaan apa pun yang
terkait agamanya, tanpa
merendahkan keyakinan
saya--bagaimanapun
salahnya mereka. Ia tak
pernah menekan atau
bahkan meminta saya
untuk berpindah agama.
Setelah tiga tahun
menikah, memiliki
kesempatan mengenal
Islam lebih jauh dan
membaca Al Qur'an
langsung, dan juga buku-
buku agama lain, saya
pun meyakini tak ada
sesuatu yang bersifat
trinitas. Muslim meyakini
hanya Satu Tuhan yang
tak bisa disandingkan
dengan apa pun. Tidak
memiliki anak, pasangan
dan tidak ada sesuatu di
muka bumi yang berhak
disembah selain Dia. Tidak
ada satupun yang berbagi
keesaannya dengan-Nya
dan juga sifat-sifat-Nya.
Menjadi Muslim
Saya pun memeluk Islam.
Namun saya
menyembunyikan agama
baru dari orang tua,
teman-teman selama
bertahun-tahun. Kami
tinggal bersama di Yunani
tanpa pernah
meninggalkan ajaran
Islam dan sungguh luar
biasa sulit, hampir
mustahil.
Di kampung halaman
saya tidak ada masjid,
tidak ada akses ke studi
Islam, tidak ada orang
berdoa atau berpuasa,
atau seseorang
mengenakan jilbab.
Ada beberapa imigran
Muslim yang datang ke
Yunani untuk masa depan
keuangan lebih cerah.
Mereka membiarkan
kehidupan Barat menarik
dan mengorupsi mereka.
Hasilnya, mereka tak
mengikuti ajaran agama
dan mereka sepenuhnya
tersesat.
Suami dan saya harus
shalat dan berpuasa
mengikut kalender. Tidak
ada Adzhan dan tidak ada
komunitas Islam untuk
mendukung kami. Kami
merasa setiah hari
mengalami kemunduran.
Keyakinan kami melemah
dan gelombang menyeret
kami.
Ketika putri kami lahir,
kami memutuskan--demi
menyelamatkan jiwa kami
dan putri kami--
bermigrasi ke negara
Islam. Kami tidak ingin
membesarkan dia dalam
lingkungan Barat yang
bebas di mana ia harus
berjuang keras menjaga
identitas dan mungkin
berakhir tersesat.
Terimakasih Tuhan, ia
telah memandu kami dan
membawa kami
kesempatan untuk
bermigrasi ke negara
Islam, di mana kami
mendengar kalimat-
kalimat merdu Adhzan.
Kami pun dapat
meningkatkan
pengetahuan dan cinta
kami pada-Nya serta pada
Rasul Muhammad. saw.

Islam Membuat Heather Ramaha Merasa Lengkap

HAWAI--Kurang dari tiga
pekan setelah teroris
menghantam menara
kembar WTC, di New
York, Heather Ramaha,
berdiri di antara
sekelompok wanita di
masjid Manoa, Hawai,
yang mengikrarkan
Syahadat di dalam Bahasa
Arab. Ia bersaksi bawa
tiada tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah
rasul Allah.
Beberapa pengelola
masjid di penjuru negara
mengatakan mereka
menyaksikan peningkatan
orang-orang yang beralih
memeluk Islam hingga
empat kali lipat.
Peningkatan itu justru
terjadi sejak tragedi 11
September terjadi, ketika
cerita tentang Islam
melompat, semula dari
halaman belakang
menjadi halaman depan di
seluruh dunia.
Kini Ramaha memasukkan
keyakinan Islamnya dalam
kehidupannya sebagai staf
Angkatan Laut (AL)
Amerika Serikat (AS) di
Pearl Harbor mulai Juli
2002. Ia tidak
mengenakan jilbab saat
bekerja sebagai ahli
kesehatan gigi, namun ia
mengaku akan
mengenakan penutup
rambut ketika memasuki
masjid.
Di awal-awal memeluk
Islam, ketika suaminya,
seorang Marinir, bertugas
jauh, ia mengaku belum
mampu melaksanakan
shalat lima waktu dalam
bacaan bahasa Arab
seluruhnya, tanpa
bantuan suaminya.
Namun salah satu yang
membuat Islam nyaman
baginya karena ia bisa
mempraktekan keyakinan
itu sesuai dengan
kemampuannya, tak
menuntut kesempurnaan
ketika ia masih
memelajarinya satu
persatu.
Suami Heather, Mike
adalah pria Palestina yang
terlahir sebagai Muslim
dan besar di San
Fransisco. Tapi, itu bukan
alasan yang membuat
Heather beralih ke Islam.
"Mike tak pernah sekalipun
membuat saya memeluk
Islam," ujar wanita
berusia 33 tahun itu. "Ia
mengatakan, jika kamu
ingin melakukan itu, kamu
sendiri yang harus
mencari tahu, namun apa
pun pilihanmu, aku akan
tetap mencintaimu," tutur
Heather.
Setelah memeluk Islam,
langkah Heather berikut
adalah mencari cara untuk
menerangkan keyakinan
barunya kepada
keluarganya di California.
Ia menyadari, hampir
seluruh informasi tentang
Islam datang dari film-film
di TV, salah satunya ia
ingat berjudul "Tidak
Tanpa Putriku". Film itu
berkisah tentang seorang
wanita Amerika, suami
asal Iran yang aniaya dan
pertengkaran terus
menerus atas anak
mereka.
"Sebelumnya saya tak
bisa menemukan cara
untuk memberi tahu
mereka tanpa membuat
gusar," ujarnya. "Saya di
awal belum bisa memberi
tahu ayah. Saya katakan
bahwa saya pergi ke
masjid, namun belum
mengatakan bila saya
telah beralih ke Islam,"
kenang Heather.
Kadang ia pun ditanya
mengapa ia memilih
agama yang dipandang
sebagian orang menekan
wanita. Menjawab jenis
pertanyaan itu, ia
mengatakan orang-orang
kerap mencampurkan
agama dengan tradisi
budaya mereka. "Besar di
AS, keyakinan Islam tidak
bercampur dengan
budaya seperti di Timur
Tengah misal," ujarnya.
Heather adalah yang
pertama dalam keluarga
bergabung dengan gereja.
Pada usia 5 tahun ia
berteman dengan seorang
putri pastor, lalu menjadi
pengikut Kristen. Seluruh
keluarganya bergabung
dengannya kemudian.
Hingga kini ibunya masih
rajin pergi ke gereja.
Namun Heather, ia
mengaku selalu berjuang
memahami pandangan
Kristen terhadap Trinitas
Suci. Akhirnya pada Maret
2001 ia mengambil kelas
agama dunia secara online
dari Universitas California.
"Saya telah menjadi
pemeluk Kristen selama 18
tahun," aku Heather..
"Namun saya
menemukan banyak
lubang dalam agama itu.
(Islam) justru membuka
begitu banyak gagasan
kebenaran. Saya
merasakan di hati saya ini
adalah agama yang benar
untuk saya," ungkapnya.
Sebagai langkah lanjutan,
ia mengambil kelas
perkenalan terhadap Islam
di Hawai'i setelah tragedi
11 September. Ia pun
mulai membaca Al Qur'an
dan menemukan
semacam 'klik' dalam
hatinya. Ia pun memeluk
Islam segera setelah itu.
"Saya selalu merasa ada
yang menarik saya di luar
sana, bila tidak saya ikuti,
justru timbul
kekosongan," tuturnya.
"Satu-satunya hal yang
membuat saya lengkap
ketika saya memiliki
agama, Satu Tuhan untuk
saya sembah, di mana
saya bisa berdoa, kepada-
Nya."