Cari Blog Ini

Jumat, 31 Desember 2010

Sepenggal Kisah Pram dan Blora

SASONO Lalit, sebuah
makam yang terletak
persis di samping
Taman Makam
Pahlawan Wira Bhakti,
Blora. Nama kompleks
pemakaman tersebut
tertera di bagian atas
gerbang yang terbuat
dari teralis dengan huruf
Jawa kuno
(Hanacaraka). Dahulu,
kompleks pemakaman
tersebut dikenal
sebagai makam para
priyayi Blora.
Kendati kompleks
pemakaman itu
digunakan untuk
pemakaman para
priyayi Blora, namun tak
semua yang
dimakamkan di situ
adalah priyayi. Di sana,
ada juga sembilan
makam yang dari
keluarga sederhana.
Sembilan makam itu
adalah Satimah serta
suaminya, yaitu Mbah
Kromo (putra), Mastoer
dan istrinya Siti Saidah
(Oemi Saidah), Kun
Maryatun, Susanti,
Busono, Jayusman, dan
Imam Barzah.
Mereka adalah keluarga
besar Pramoedya
Ananta Toer (Pram).
Mastoer adalah bapak
dari sastrawan
legendaris asal Blora,
sedangkan Siti Saidah
yang dikenal juga
dengan Oemi Saidah
merupakan Sang
Ibunda. Kun Maryatun
dan Susanti, keduanya
adik Pramoedya, sedang
Busono adalah
keponakan Pram dari
adiknya yang bernama
Oemi Syafaatun.
Jayusman merupakan
suami dari Kun
Maryatun, yang berarti
adik ipar penulis Bumi
Manusia, sedang Imam
Barzah adalah Mastoer
yang dulu pernah
menjadi kepala sekolah
di Sekolah Teknik (ST)
zaman dulu. Lalu, siapa
Satimah dan Mbah
Kromo?
Satimah barangkali tak
banyak yang tahu
tentang nama ini.
Namun, bagi pecinta
karya-karya Pramoedya
Ananta Toer, Satimah
bukanlah sosok yang
asing. Dialah Si Gadis
Pantai, yang
dimaksudkan Pram
dalam salah satu cerita
bersambungnya
dengan judul yang
sama, "Gadis Pantai".
"Gadis Pantai",
merupakan roman yang
dipersembahkan oleh
Pramoedya untuk nenek
kandungnya, yang
berasal dari sebuah
kampung nelayan di
Rembang, Jawa Tengah.
Neneknya menikah
dengan salah seorang
penghulu di Rembang
bernama H Ibrahim.
Namun, hanya sebagai
istri ampil dan dipaksa
meninggalkan rumah
Sang Suami, tak lama
setelah melahirkan
anaknya.
Soesilo Toer, salah satu
adik Pram menuturkan,
neneknya tersebut
adalah seorang
perempuan cantik,
berkulit kuning langsat,
kulitnya juga lembut,
dan bola matanya
berwarna biru. "Saya
masih ingat sama
nenek saya. Beliau orang
yang sangat gemati dan
sayang sama cucunya,"
katanya kepada Suara
Merdeka CyberNews,
Kamis (30/12).
Tak Disengaja
Sewaktu diminta
meninggalkan rumah
suaminya, Sang Nenek
tidak lantas pergi begitu
saja, karena kasihan
dan sangat sayangnya
kepada Si Buah Hati.
"Ceritanya waktu itu
nenek atau Gadis Pantai
itu selalu berkeliling
secara diam-diam,
untuk mencari tahu
kondisi anaknya. Namun
karena dari hari ke hari
ia juga membutuhkan
hidup, akhirnya pergi
mencari pekerjaan
berkelana dari kota ke
kota. Ia juga butuh
makan," terangnya.
Dalam perantauannya,
Gadis Pantai sampai di
Surabaya untuk bekerja.
Di Surabaya itu juga, dia
bertemu dengan
seorang lelaki yang
dikenal dengan Mbah
Kromo, dan kemudian
mengajaknya menikah.
Mulanya Satimah, Si
Gadis Pantai itu
menolak. Namun, Kromo
mengancam, hingga
akhirnya Satimah pun
tidak mampu menolak
ajakannya untuk
menikah.
Kromo dan Satimah
kemudian menikah.
Setelah pernikahan,
Satimah diboyong ke
Blora dan menetap di
Kunden. "Perkawinan
dengan Mbah Kromo,
Satimah dikarunia anak
bernama Satari," jelas
Soesilo Toer.
Di Blora, Satimah yang
kemudian dikenal pula
dengan Mbah Kromo
(putri) bekerja berjualan
barang-barang bekas.
Namun, dari profesinya
tersebut lah, akhirnya
Gadis Pantai ini
menemukan
kebahagiaan yang luar
biasa. Di kota inilah, ia
bertemu dengan
anaknya, yaitu Siti
Saidah atau Oemi
Saidah, yang kelak
menjadi ibu dari
Pramoedya Ananta
Toer dan adik adiknya,
dari pernikahannya
dengan Mastoer.
Pertemuan Gadis Pantai
dengan ibu Oemi Saidah
tidaklah disengaja.
"Suatu hari Gadis Pantai
mendengar ada priyayi
yang bangkrut. Ia
mencoba
mendatanginya,
barangkali ada yang bisa
dibeli untuk dijual
kembali. Namun tak
disangka, si tuan
rumah itu adalah
putrinya sendiri, yang
terpaksa
ditinggalkannya karena
ia diusir suaminya yang
berniat menikah lagi
dengan seorang gadis
dari Demak," ujar
Soesilo Toer yang juga
sudah menulis sejak
kecil.
Gadis Pantai. Dia
tidaklah sekadar kisah
dalam roman Pram yang
kisahnya melegenda
dan banyak dibaca oleh
pecinta sastra dari
banyak negara di dunia.
Tetapi ia sekaligus
nenek dari Pramoedya
dan adik-adiknya. Oemi
Saidah, putri Gadis
Pantai, adalah ibu
Pramoedya dan adik-
adiknya.
Oemi Saidah menikah
dengan Mastoer, sosok
yang cukup dikenal
jasanya di dunia
pendidikan. Ia adalah
kepala sekolah di
sekolah Boedi Oetomo
(BO) di Blora yang
didirikan langsung oleh
Dr Soetomo pada 1917,
yang sebelumnya
sempat mengajar di
Rembang.

Virus Serang Telepon Android di Cina

   Sebuah virus
menyasar telepon-telepon pintar (smartphone) di Cina yang menggunakan sistem operasi Android milik Google Inc's. Menurut peneliti
keamanan, virus tersebut dianggap terumit yang mengincar telepon
seluler hingga saat ini.

   Perusahaan anti-virus Lookout Mobile Security memperkirakan jumlah telepon yang terinfeksi virus bernama Geinimi tersebut mencapai puluhan ribu sampai ratusan ribu. Para peneliti mengatakan virus tersebut belum menciptakan kerusakan.

   Mereka pun belum mengetahui pasti apakah pembuat virus
tersebut mengincar sesuatu.
"Kami belum mengetahui secara pasti apa
tujuan virus itu," ujar Kevin Mahaffey, Chief
Technology Officer Lookout. "Itu bisa jadi
berasal dari sebuah jaringan periklanan jahat
atau pun sebuah usaha untuk menciptakan
botnet."

   Botnet adalah sekumpulan komputer yang
pengelolanya bisa berkompromi soal
pencurian identitas yang biasa digunakan
untuk menyerang dengan tujuan mematikan
situs-situs internet.
Munculnya Geinimi memicu kekhawatiran para
peretas mulai mengalihkan fokus dari
menyerang PC ke serangan terhadap telepon
seluler atau komputer tablet. Sebab, penjualan
telepon seluler ataupun komputer tablet
melonjak sehingga para pengguna
menyimpan data di piranti tersebut.
Menurut para peneliti dari Lookout and
Symantec Corp, telepon-telepon tersebut
terjangkiti Geinimi ketika pengguna
mengunduh aplikasi software yang telah
dipaket ulang termasuk di dalamnya virus itu.

Lima Gadget Gagal di Tahun 2010

BANYAK gadget yang
diproduksi ternyata tak
hanya laris manis di
pasar elektronik, namun
beberapa juga
mengalami kegagalan.
Meski para produsen
telah berusaha
memberikan yang
terbaik, namun karena
beberapa faktor
membuat beberapa
gadget gagal terjual di
pasaran dan
mengecewakan
penggunanya.
Berikut lima gadget
yang mengalami masa
suram di tahun 2010:
1. Ponsel Microsoft
Kin. Microsoft yakin
peluncuran ponselnya ini
akan digemari kaum
muda karena mudahnya
mengakses situs
jejaring sosial, seperti
Facebook dan Twitter.
Namun tanpa alasan
jelas, peredarannya
macet dan Microsoft
terpaksa mendiskon
harganya. Tentu sebuah
pelajaran berharga bagi
Microsoft yang
mencoba bermain di
arena ponsel.
2. Toshiba Folio.
Tablet memang sedang
menjadi tren di pasar
elektronik. Hal ini
membuat banyak
produsen selain Apple
bersaing menciptakan
produk tablet unggulan
mereka dengan
platform Android.
Sayangnya, Toshiba
Folio belum mampu
menandingi kecanggihan
iPad atau Galaxy Tab
milik Samsung. Banyak
konsumen mengeluhkan
kelemahan produk ini
dan memilih
mengenbalikannya ke
toko.
3. Palm Pre 2.
Kolaborasi antara HP
dan WebOS ini dinilai
kurang laris karena
teknologi yang
disematkan pada
produk ini sudah
ketinggalan jaman, baik
dari segi hardware
maupun software.
4. ViewSonic ViewPad
10. Inilah tablet Android
lain yang gagal memikat
konsumen. Meski
menawarkan
kemampuan dual booth
OS ((Windows 7-
Android), tablet ini
dianggap masih
memakai versi Android
1.6 alias Donut, sedang
Windows 7 tidak cocok
diaplikasikan untuk layar
sentuhnya.
5. Televisi 3D. Ini tidak
spesifik mengarah pada
salah satu merek
televisi 3D, namun
secara keseluruhan.
Produk yang tergolong
canggih ini masih
dianggap mahal oleh
sebagian masyarakat.
Untuk menikmati efek
3Dnya, pengguna
membutuhkan
kacamata sebagai alat
bantu yang kurang
nyaman digunakan
terlalu lama, juga
kontennya masih
sangat jarang.

Minggu, 26 Desember 2010

Terowongan KA Terpanjang di Dunia

KEMACETAN adalah
salah satu masalah di
banyak negara, baik
negara maju maupun
tertinggal. Itu terjadi
karena pertambahan
penduduk yang diikuti
pertambahan
kendaraan, tetapi tak
diikuti pertambahan
prasarana jalan
memadai. Kemacetan
seakan-akan telah
menjadi santapan
sehari-hari masyarakat
di berbagai kota besar.
Di negara berkembang
seperti Indonesia pun,
kemacetan sudah
menjadi problem
keseharian. Selama lebih
dari satu dasawarsa
masyarakat, khususnya
di Jakarta, tak pernah
bisa mengatasi
kemacetan yang
menjadi-jadi. Padahal,
solusinya sebenarnya
cukup mudah, yaitu
pemerintah
menyediakan mass
rapid transportation
(MRT). Memang sudah
ada bus Transjakarta.
Namun karena
kemacetan tak teratasi
juga, berarti keberadaan
bus itu sebagai MRT
belum efektif.
Mungkin pemerintah
kita bisa meniru
keseriusan Pemerintah
Swiss dalam mengatasi
kemacetan. Baru-baru
ini, Pemerintah Swiss
membangun
terowongan kereta api
(KA) terpanjang di dunia
untuk mengakomodasi
mobilitas warga.
Kemacetan di Swiss
sebenarnya hanya
terjadi di jalan-jalan
untuk akses ke luar
kota. Di dalam kota,
masyarakat tak
mengalami kemacetan
karena tersedia MRT
yang efektif.
Permasalahan timbul di
Swiss karena jalan
berkelok kelok, terjal,
dan berbahaya karena
negara itu terletak di
dataran tinggi. Dengan
keadaan seperti itu,
Pemerintah Swiss
mempunyai gagasan
cerdas membangun
terowongan KA untuk
sarana angkutan
massal menembus
Pegunungan Alpen.
Semula Cuma 16 Km
Pada awal
pembangunan, tahun
1982, panjang
terowongan itu hanya
16 km. Namun seiring
dengan pertambahan
penduduk dan mobilitas
yang meninggi, tahun
1994 pemerintah
menyetujui kembali
membangun
terowongan lebih
panjang.
Pembangunan
terowongan itu untuk
mengurangi truk yang
melintas di sekitar
Pegunungan Alpen yang
terus bertambah.
Pemerintah Swiss
merasa perlu
mengurangi kendaraan
bermotor yang melintas
di sekitar pegunungan
itu, terutama truk
pengangkut barang.
Dengan membangun
terowongan itu
diharapkan sarana
angkutan yang
sebelumnya
menggunakan truk,
dapat beralih ke KA
sehingga polusi di
sekitar Pegunungan
Alpen dapat ditekan.
Langkah itu untuk
mempertahankan
kelestarian lingkungan.
Biaya untuk
megaproyek itu sekitar
Rp 90 triliun. Biaya
sebesar itu memang
pantas untuk
mengatasi masalah
kemacetan di Swiss.
Pemilih Swiss
membiayai proyek itu
dengan membayar
1.300 dolar AS per
orang. Masyarakat
menyetujui
pembangunan
terowongan itu melalui
berbagai referendum
sekitar 20 tahun lalu.
Pertengahan Oktober
lalu, terowongan
sepanjang 57 km yang
bernama Gotthard Base
Tunnel berhasil
menembus Pegunungan
Alpen dan diperkirakan
selesai sepenuhnya
tahun 2017. Itulah
terowongan terpanjang
di dunia, mengalahkan
terowongan bawah laut
Seikan Tunnel di Jepang.
Proses pembangunan
terowongan itu tidak
main-main karena
memakan waktu 16
tahun hanya untuk
menembus Pegunugan
Alpen. Terowongan
dibuat sedemikian rupa
sehingga jika terjadi
sesuatu yang tak
diinginkan dapat
dilakukan evakuasi.
Selain itu, untuk
menghindari penundaan
karena kereta saling
tunggu di terowongan
sepanjang 57 km itu
dibuatlah jalur ganda.
Dua Cara Pengeboran
Pengeboran dilakukan
dengan dua cara, yaitu
peledakan dengan
dinamit untuk batuan
sangat keras dan
pengeboran untuk
tanah standar.
Berat mesin bor 3.000
ton dengan panjang 396
m. Mesin pengebor
dapat mengebor
sepanjang 25-30 m per
hari. Perlu empat mesin
pengebor untuk
mengebor terowongan
yang dilakukan dari
kedua sisi. Memerlukan
sama-sama 25 pekerja
yang bekerja secara
bergiliran untuk
mengoperasikan mesin
bor raksasa itu.
Setiap hari butuh enam
jam untuk mengecek
mesin bor karena
getaran keras yang
ditimbulkan dapat
menyebabkan beberapa
bagian dari alat itu
rusak. Setiap hari 7.000
ton batu dikeruk.
Bebatuan itu dibor dan
disalurkan melalui
conveyor di belakang
mata bor. Seperempat
bagian bebatuan yang
digali untuk menambal
terowongan.
Pengeboran bisa sangat
berbahaya bagi pekerja
karena suhu udara di
dalam terowongan bisa
mencapai 50 derajat
Celcius. Untuk
mengatasi temperatur
udara yang tinggi di
dalam terowongan
dibangun lubang
ventilasi sepanjang 15
km. Lubang ventilasi itu
akan mempertahankan
suhu udara dalam
keadaan normal dan
menjaga kelembapan
udara di dalam
terowongan.
Diameter terowongan
antara 8,8 m dan 9,5 m.
Dengan diameter
sebesar itu,
terowongan dapat
memuat KA bermuatan
dua kali lipat dari
muatan standar. Untuk
mempercepat waktu
pembangunan, empat
terowongan akses
dibangun sehingga
pembangunan bisa
dimulai bersamaan di
empat lokasi berbeda.
Sebanyak 459 juta m3
bebatuan dikeruk dari
dalam Pegunungan
Alpen. Itu cukup untuk
mengisi 13 gedung
Empire State Building di
New York, AS.
Selanjutnya, bebatuan
itu untuk
mengembalikan Danau
Alpine yang telah
dikeruk. Untuk
membangun
terowongan itu
dipekerjakan 2.500
orang.
Selama 14 tahun, mesin
pengebor mengeruk
gunung dari Erstfeld di
utara ke Bodio di
selatan. Pengerukan
terakhir selesai pada 15
Oktober lalu.
Selanjutnya, proses
penyelesaian
dijadwalkan rampung
Desember 2017.
Jika selesai, kelak,
waktu tempuh antara
kota Zurich di Swiss dan
Milan di Italia sejauh 216
km hanya sekitar satu
jam. Menurut rencana,
KA penumpang yang
melintas di terowongan
ini akan berkecepatan
250 km/jam, sedangkan
KA barang 160 km/jam.
Ketika terbuka untuk
lalu lintas tahun 2017,
Gotthard Base Tunnel
akan menggantikan
rekor Jepang dengan
Seikan Tunnel
sepanjang 53,9 km
sebagai terowongan
terpanjang di dunia,
termasuk saluran air,
dan memungkinkan
jutaan ton lebih barang
yang akan diangkut
dengan cepat melalui
Pegunungan Alpen.
Swiss, negara seluas
hanya 42 km2 dan
berpenduduk 7,2 juta
orang, telah melakukan
langkah berani untuk
membangun
terowongan terbesar.
Bagaimana dengan
Indonesia?

10 Letusan Gunung Terdahsyat

SELAMA ini tercatat ada
10 letusan terdahsyat
gunung berapi
sepanjang masa yang
menimbulkan dampak
terbesar, baik secara
ekologis, geologis,
maupun terhadap
peradaban pada
masanya. Ternyata lima
di antara ke-10 gunung
itu berada di Indonesia.
Letusan superdahsyat,
yang menduduki
peringkat pertama,
adalah letusan Gunung
Toba di Sumatera
Utara.
Ya, kajian
palaeogeografi ahli asal
AS memperlihatkan
temuan terkini tentang
letusan dahsyat Gunung
Toba di Sumatera yang
menyajikan bukti tak
terbantahkan betapa
letusan megakolosal
gunung berapi zaman
purbakala, 73.000 tahun
silam, itu berdampak
luar biasa. Antara lain,
memusnahkan
kawasan hutan di anak
benua India yang
terpisah sejauh 3.000
mil dari pusat letusan,
yang kini menjadi Danau
Toba.
Bukti riset mencakup
debu sampel penelitian
di lokasi daratan India,
Samudra Hindia, Teluk
Benggali, dan Laut China
Selatan dari letusan
yang diperkirakan
melontarkan material
dan debu vulkanis 800
km3 ke atmosfer dan
membuat gunung berapi
zaman purbakala itu
lenyap. Kini, yang
tertinggal adalah kawah
yang menjadi Danau
Toba dengan panjang
100 km dan lebar 35 km.
Itulah bukti peninggalan
danau vulkanis terbesar
sejagat.
Kedahsyatan dampak
letusan Toba membuat
partikel debu di lapisan
atmosfer menghalangi
sinar matahari ke bumi
serta memantulkan
kembali panas radiasi
selama enam tahun
yang serta merta
memunculkan ìzaman
es instanî di bumi.
Berdasar analisis
penelitian lapisan es di
Greenland, zaman es
masa itu berlangsung
1.800 tahun.
Jika ditelaah berdasar
data skala Volcanic
Explosivity Index (VEI)
yang dipergunakan
United States Geological
Survey (USGS), letusan
luar biasa Gunung Toba
zaman purbakala itu
diklasifikasikan kategori
VEI:8. Itulah letusan
megakolossal, yang
antara lain dicirikan dari
besaran volume
lontaran material
vulkanis letusan sekitar
1.000 km3.
Letusan Toba
berdampak terhadap
proses evolusi manusia
di bumi, meski soal itu
masih jadi kontroversi di
kalangan ilmuwan. Prof
Ambrose berpegang
pada kajian risetnya
yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah
Journal of Human
Evolution (1998), yang
meyakini letusan Toba
dan kemunculan zaman
es sesudahnya
menimbulkan
keragaman genetika
relatif berkurang
sebagaimana pada
manusia modern
sekarang ini. Bahkan
disebutkan, peristiwa
luar biasa itu nyaris
memunahkan manusia
dari muka bumi.
Sapu 50% Populasi
Peringkat kedua adalah
letusan Gunung Laki.
Gunung berapi di Islandia
itu tertidur sejak
meletus kali terakhir
secara sangat dahsyat
tahun 1783. Dengan
ketinggian 1.725 m,
letusan gunung itu
menyebabkan
kerusakan di seluruh
negara, membunuh di
atas 50% populasi
makhluk hidup di
Islandia dengan awan
belerang dan fluorine
beracun.
Kelaparan jadi penyebab
kematian 25% populasi.
Air mancur lahar
memancar setinggi
1.400 m. Seluruh dunia
merasakan akibat
letusan itu. Awan
beracun menyebar
hingga ke Eropa,
menutupi langit di bumi
bagian utara yang
menyebabkan musim
dingin datang lebih awal
di Inggris dan
membunuh 8.000 orang.
Di Amerika Utara,
musim dingin 1784 jadi
musim dingin
terpanjang dan paling
dingin. Lebih banyak
salju di New Jersey,
Sungai Mississippi
membeku di New
Orleans, dan ditemukan
es di Teluk Mexico.
Gunung Vesuvius ada
papada peringakt
ketiga, meski nomor
dua dalam
“ kekejaman”, karena
menyebabkan kematian
25.000 nyawa. Letusan
mahadahsyat tahun 79
SM telah mengubur kota
Pompeii dengan
muntahan isi perut 20
jam nonsetop. Sejak
saat itu, Vesuvius
meletus lusinan kali dan
terakhir tahun 1944
membinasakan
kehidupan di beberapa
desa di dekatnya.
Gunung Tambora yang
menduduki posisi
keempat merupakan
gunung api aktif dari
130-an gunung api di
Indonesia. Gunung
raksasa setinggi 4.300
m itu “melakukan”
serangkaian letusan
sejak April hingga Juni
1815 yang
mengguncangkan dunia.
Letusan itu mengubah
stratosfer dan
menyebabkan kelaparan
hingga ke AS dan Eropa
abad ke-19.
Batu merah berpijar
menghujani angkasa
ketika gunung itu
meletus. Lahar panas
dan awan beracun
membinasakan
tumbuhan di pulau
tempat gunung itu
berada. Secara
keseluruhan, lebih dari
71.000 orang tewas
karena terbakar,
kelaparan, atau
keracunan. Letusan
Tambora di Nusa
Tenggara itu termasuk
skala VEI:7, lebih besar
dari letusan dahsyat
Krakatau tahun1883
yang berskala VEI:6.
Kalahkam Bom Atom
Posisi kelima ditempati
Gunung Krakatau, pulau
vulkanis di Selat Sunda.
Agustus 1883, gunung
itu meledak dengan
kekuatan 13.000 kali
lebih besar daripada
bom Hiroshima sehingga
terdengar hingga ke
Perth, Australia.
Muntahan lebih dari 21
km3 batu dan debu
membubung setinggi 70
mil. Lebih dari 37.000
orang tewas. Namun
korban bisa lebih banyak
karena tsunami yang
ditimbulkannya.
Gunung Pelee pada
posisi keenam berada di
Martinique, Prancis,
yang meletus tahun
1902. Itulah letusan
terbesar pada abad
ke-20 yang
menewaskan lebih dari
30.000 orang. April 1902,
terjadi letusan kecil
beruntun yang hanya
mengeluarkan asap,
belerang, dan debu. Baru
pada 8 Mei 1902 terjadi
letusan besar, dengan
air mancur lahar
menyala dan awan
beracun meluncur deras
dengan kecepatan 600
mil per jam. Dengan
temperatur 1.075
derajat, lahar
mendidihkan kota St
Pierre di bawahnya.
Kota terbakar berhari-
hari dan hanya dua
orang yang selamat.
Jauh sebelumnya, tahun
1595, Nevado Del Ruiz,
Kolumbia, meletus
sehingga menyebabkan
635 orang mati. Letusan
berdampak besar
ketujuh itu
menumpahkan lumpur
mendidih ke Sungai Guali
dan Lagunillas. Dan,
letusan tahun 1845
membuat lebih dari
1.000 orang tewas. Kota
Armero yang dibangun
di atas magma yang
mengering telah
kehilangan hampir
seluruh populasi
penduduk, ketika
tahun1985 letusan
gunung itu mengalirkan
lahar berkecepatan 40
mil per jam dan
mengubur kota. Lebih
dari 23.000 orang
tewas.
Posisi kedelapan adalah
Unzen di Kyushu,
Jepang. Gunung setinggi
1.500 m itu masih aktif
hingga kini. Tahun1792
beberapa kubah lahar
roboh, menyebabkan
tsunami yang
membunuh lebih dari
15.000 orang. Letusan
tahun 1991 membunuh
lebih dari 40 orang dan
menyebabkan
bangunan-bangunan di
sekitarnya rusak parah.
Berikutnya Gunung Kelud
di Jawa Timur sejak
abad ke-15 telah
memakan korban lebih
dari 15.000 jiwa.
Letusan gunung itu
tahun 1586 merenggut
korban lebih dari 10.000
jiwa. Sistem untuk
mengalihkan aliran lahar
telah dibuat secara
ekstensif tahun 1926
dan masih berfungsi
hingga kini, setelah
letusan tahun 1919
memakan korban ribuan
jiwa akibat banjir lahar
dingin menyapu
permukiman.
Terakhir, Papandayan
— gunung berapi
semiaktif di Pulau Jawa
itu, tahun 1772,
meletus dan
menghancurkan 40
desa. Lebih dari 3.000
orang mati. Gunung itu
diperkirakan masih
sangat berbahaya dan
terus mengeluarkan
asap dan letusan tahun
1923, 1942, dan terus
meningkatkan kekuatan
tahun 2002.

Black Hole yang Misterius

SAMPAI saat ini, lubang
hitam (black hole) masih
dipandang satu-satunya
objek astronomik paling
misterius karena tak
bisa diamati secara
langsung melalui
teleskop optik
tercanggih sekalipun.
Sebab, semua materi,
termasuk cahaya, akan
tersedot dan tak bisa
lepas dari
permukaannya.
Lubang hitam diyakini
terlahir ketika bintang
bermassa besar (10-15
kali massa matahari)
menjalani akhir hayat
sebagai bintang
meledak yang dahsyat
(supernova). Lubang
hitam hasil kematian
sebuah bintang
dinamakan lubang hitam
bintang (stellar black
hole). Pengamatan para
astronom dengan
teleskop modern
dewasa ini
mengindikasikan
keberadaan lubang
hitam maharaksasa
bermassa jauh lebih
besar dari sebuah
bintang. Lubang hitam
itu diperkirakan
bermassa miliaran
massa bintang dan
disebut lubang hitam
supermasif.
Eksistensi lubang hitam
di alam semesta
diprediksi
matematikawan
Jerman, Karl
Schwarzshild, tahun
1916. Dia menggunakan
Teori Relativitas Umum
yang dicetuskan Albert
Einstein tahun 1915
untuk menghitung
solusi medan gravitasi
berupa titik massa.
Namun Schwar-zshild
tak begitu yakin
solusinya itu punya
makna fisis atau bisa
ditemukan di alam.
Teka-teki solusi
Schwarzschild terkuak
setelah ditemukan
objek pemancar sinar X
kuat dari kedalaman
antariksa tahun 1960-
an. Menurut teori evolusi
bintang, sumber radiasi
sinar X itu membuktikan
keberadaan objek
sangat mampat seperti
bintang neutron atau
lubang hitam.
Istilah lubang hitam kali
pertama diperkenalkan
John A Wheeler tahun
1967 untuk melukiskan
kondisi kelengkungan
ruang-waktu di sekitar
benda bermassa
dengan medan gravitasi
sangat kuat. Menurut
Teori Relativitas Umum,
kehadiran massa akan
mendistorsi ruang dan
waktu.
Dalam bahasa
sederhana, kehadiran
massa akan
melengkungkan ruang
dan waktu di
sekitarnya.
Ilustrasi yang acap
dipakai memperagakan
kelengkungan ruang di
sekitar benda bermassa
adalah dengan lembaran
karet elastis untuk
mendeskripsikan ruang
tiga dimensi ke ruang
dua dimensi. Bila kita
menggelindingkan bola
pingpong di atas
hamparan lembaran
karet itu, bola bergerak
lurus dengan hanya
memberi sedikit
tekanan pada lembaran
karet.
Sebaliknya, bila kita
letakkan bola biliar
bermassa lebih besar
(masif), lembaran karet
melengkung dengan
cekungan di pusat yang
ditempati bola biliar itu.
Makin masif bola kian
besar tekanan yang
diberikan dan kian dalam
pula cekungan pusat
yang dihasilkan pada
lembaran karet.
Gerak bumi dan planet-
planet lain dalam tata
surya mengorbit
matahari sebagai hasil
kerja gaya gravitasi,
sebagaimana dibuktikan
Isaac Newton tahun
1687 dalam Principia
Mathematica. Melalui
persamaan matematika
yang menjelaskan
hubungan antara
kelengkungan ruang dan
distribusi massa,
Einstein ingin memberi
gambaran tentang
gravitasi yang berbeda
dari pendahulunya itu.
Bila sekarang kita
menggelindingkan bola
yang lebih ringan di
sekitar bola yang masif
pada lembaran karet,
bola yang ringan tak lagi
mengikuti lintasan lurus
sebagaimana
seharusnya, tetapi
mengikuti kelengkungan
ruang yang terbentuk di
sekitar bola yang lebih
masif. Cekungan yang
dibentuk berhasil
“ menangkap” benda
bergerak lain sehingga
mengorbit benda pusat
yang lebih masif. Itulah
deskripsi yang sama
sekali baru tentang
penjelasan gerak
mengorbit planet-planet
di sekitar matahari
dalam relativitas umum.
Dalam kasus lain, bila
benda bergerak menuju
ke pusat cekungan,
benda itu akan tertarik
ke arah benda pusat.
Itu juga memberi
penjelasan tentang
fenomena jatuhnya
meteoroid ke matahari,
bumi, atau planet-
planet lain.
Jari-jari Schwarzschild
Dengan memakai
persamaan
matematisnya untuk
sembarang benda
berbentuk bola sebagai
solusi eksak atas
persamaan medan
Einstein, Schwarzschild
menemukan suatu
kondisi kritis yang
hanya bergantung pada
massa benda itu. Bila
jari-jari benda (bintang
misalnya) mencapai
harga tertentu,
kelengkungan ruang-
waktu jadi sedemikian
besar sehingga tak ada
satu materi pun dapat
lepas dari permukaan
objek itu, termasuk
cahaya. Jari-jari kritis itu
sekarang dikenal
sebagai jari-jari
Schwarzschild, yang
besarnya dapat dihitung
dengan rumus 2GM/r
kuadrat. G adalah
tetapan gravitasi 6.673
X 10-11 -Newton m2/
detik kuadrat, C
kecepatan cahaya
299.792.4580 m/detik,
dan M massa benda.
Bintang masif yang
mengalami keruntuhan
gravitasi sempurna
seperti itu, untuk kali
pertama disebut lubang
hitam.
Untuk menjadi lubang
hitam, menurut
persamaan
Schwarzschild, matahari
kita yang berjari-jari
sekitar 696.000 km
harus dimampatkan
hingga berjari-jari 2,5
km. Namun matahari
kita tak akan menjadi
lubang hitam di kelak
kemudian hari. Sebab,
massa matahari tak
melebihi batas
penghamburan materi,
yakni 1,44 kali massa
matahari kita. Jadi
matahari kita tak
memenuhi syarat
menjadi lubang hitam.
Yang paling mungkin,
pada suatu saat kelak,
matahari kita menjadi
bintang katai atau kerdil
putih.
Meski persamaan
Schwarzschild mampu
menjelaskan
keberadaan lubang
hitam, banyak ilmuwan
kala itu, termasuk
Einstein, memandang
sebelah mata hasil
Schwarzschild. Mereka
menganggap
persamaan
Schwarzschild sebagai
enigma matematis
belaka, tanpa kehadiran
makna fisis. Namun
belakangan terbukti,
keadaan ekstrem yang
ditunjukkan persamaan
Schwarzschild sekaligus
model yang diajukan
dua fisikawan AS,
Robert Oppenheimer
dan Hartland Snyder,
tahun 1939 yang
berangkat dari
perhitungan
Schwarzschild, berhasil
ditunjukkan dalam
simulasi komputer.

Keris Mpu Gandring

Keris Mpu Gandring
adalah senjata pusaka
yang terkenal dalam
riwayat berdirinya
Kerajaan Singhasari di
daerah Malang, Jawa
Timur sekarang. Keris ini
terkenal karena
kutukannya yang
memakan korban dari
kalangan elit Singasari
termasuk pendiri dan
pemakainya, ken Arok.
Keris ini dibuat oleh
seorang pandai besi
yang dikenal sangat
sakti yang bernama
Mpu Gandring, atas
pesanan Ken Arok,
salah seorang tokoh
penyamun yang
menurut seorang
brahmana bernama
Lohgawe adalah titisan
wisnu. Ken Arok
memesan keris ini
kepada Mpu Gandring
dengan waktu satu
malam saja, yang
merupakan pekerjaan
hampir mustahil
dilakukan oleh para
"mpu" (gelar bagi
seorang pandai logam
yang sangat sakti) pada
masa itu. Namun Mpu
Gandring
menyanggupinya
dengan kekuatan gaib
yang dimilikinya. Bahkan
kekuatan tadi
"ditransfer" kedalam
keris buatannya itu
untuk menambah
kemampuan dan
kesaktian keris
tersebut.
Setelah selesai menjadi
keris dengan bentuk
dan wujud yang
sempurna bahkan
memiliki kemampuan
supranatural yang
konon dikatakan
melebihi keris pusaka
masa itu. Mpu Gandring
menyelesaikan
pekerjaannya membuat
sarung keris tersebut.
Namun belum lagi
sarung tersebut selesai
dibuat, Ken Arok datang
mengambil keris
tersebut yang
menurutnya sudah satu
hari dan haris diambil.
Kemudian Ken Arok
menguji Keris tersebut
dan terakhir Keris
tersebut ditusukkannya
pada Mpu Gandring yang
konon menurutnya
tidak menepati janji
(karena sarung keris itu
belum selesai dibuat)
selebihnya bahkan
dikatakan untuk
menguji kemampuan
keris tersebut melawan
kekuatan supranatural
si pembuat keris (yang
justru disimpan dalam
keris itu untuk
menambah
kemampuannya). Dalam
keadaan sekarat, Mpu
Gandring mengeluarkan
kutukan bahwa Keris
tersebut akan meminta
korban nyawa tujuh
turunan dari Ken Arok.
Dalam perjalanannya,
keris ini terlibat dalam
perselisihan dan
pembunuhan elit
kerajaan Singhasari
yakni :
Terbunuhnya Tunggul
Ametung
Tunggul Ametung,
kepala daerah Tumapel
(cikal bakal Singhasari)
yang saat itu adalah
bawahan dari Kerajaan
Kadiri yang saat itu
diperintah oleh
Kertajaya yang bergelar
"Dandang Gendis" (raja
terakhir kerajaan ini).
Tumapel sendiri adalah
pecahan dari sebuah
kerajaan besar yang
dulunya adalah Kerajaan
Jenggala yang
dihancurkan Kadiri,
dimana kedua-duanya
awalnya adalah satu
wilayah yang dipimpin
oleh Airlangga.
Ken Arok membunuh
Tunggul Ametung
untuk mendapatkan
istrinya yang cantik, Ken
Dedes. Ken Arok sendiri
saat itu adalah pegawai
kepercayaan dari
Tunggul Ametung yang
sangat dipercaya. Latar
belakang pembunuhan
ini adalah karena Ken
Arok mendengar dari
Brahmana Lohgawe
bahwa "barang siapa
yang memperistri Ken
Dedes akan menjadi
Raja Dunia".
Sebelum Ken Arok
membunuh Tunggul
Ametung, keris ini
dipinjamkan kepada
rekan kerjanya, yang
bernama Kebo Ijo yang
tertarik dengan keris itu
dan selalu dibawa-
bawanya kemana mana
untuk menarik
perhatian umum. Bagi
Ken Arok sendiri,
peminjaman keris itu
adalah sebagai siasat
agar nanti yang dituduh
oleh publik Tumapel
adalah Kebo Ijo dalam
kasus pembunuhan
yang dirancang sendiri
oleh Ken Arok.
Siasatnya berhasil dan
hampir seluruh publik
Tumapel termasuk
beberapa pejabat
percaya bahwa Kebo Ijo
adalah tersangka
pembunuhan Tunggul
Ametung. Ken Arok
yang saat itu adalah
orang kepercayaan
Tunggul Ametung
langsung membunuh
Kebo Ijo yang konon,
dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Ken Arok
Setelah membunuh
Tunggul Ametung, Ken
Arok mengambil
jabatannya,
memperistri Ken Dedes
yang saat itu sedang
mengandung dan
memperluas pengaruh
Tumapel sehingga
akhirnya mampu
menghancurkan
Kerajaan Kediri. Ken
Arok sendiri akhirnya
mendirikan kerajaan
Singhasari.
Rupanya kasus
pembunuhan ini tercium
oleh Anusapati, anak
Ken Dedes dengan ayah
Tunggul Ametung.
Anusapati, yang
diangkat anak oleh Ken
Arok mengetahui
semua kejadian itu dari
ibunya, Ken Dedes dan
bertekat untuk
menuntut balas.
Anusapati akhirnya
merancang pembalasan
pembunuhan itu dengan
menyuruh seorang
pendekar sakti
kepercayaannya, Ki
Pengalasan.
Pada saat menyendiri di
kamar pusaka kerajaan,
Ken Arok mengamati
pusaka kerajaan yang
dimilikinya. Salah satu
pusaka yang dimilikinya
adalah keris tanpa
sarung buatan Mpu
Gandring yang dikenal
sebagai Keris Mpu
Gandring. Melihat
ceceran darah pada
keris tersebut, ia
merasa ketakutan
terlebih lebih terdengar
suara ghaib dari dalam
keris tersebut yang
meminta tumbal. Ia
ingat kutukan Mpu
Gandring yang
dibunuhnya, dan serta
merta mebantingnya ke
tanah sampai hancur
berkeping-keping. Ia
bermaksud
memusnahkannya.
Namun ternyata keris
tersebut melayang dan
menghilang. Sementara
Anusapati dan Ki
Pengalasan merancang
pembunuhan tersebut,
tiba-tiba keris tersebut
berada di tangan
Anusapati. Anusapati
menyerahkan keris
kepada Ki Pengalasan
yang menurut bahasa
sekarang, bertugas
sebagai "eksekutor"
terhadap Ken Arok.
Tugas itu
dilaksanakannya, dan
untuk menghilangkan
jejak, Anusapati
membunuh Ki
Pengalasan dengan
keris itu.
Terbunuhnya Anusapati
Anusapati mengambil
alih pemerintahan Ken
Arok, namun tidak lama.
Karena Tohjaya, Putra
Ken Arok dari Ken
Umang akhirnya
mengetahui kasus
pembunuhan itu. Dan
Tohjaya pun menuntut
balas.
Tohjaya mengadakan
acara Sabung Ayam
kerajaan yang sangat
digemari Anusapati.
Ketika Anusapati
lengah, Tohjaya
mengambil keris Mpu
Gandring tersebut dan
langsung membunuhnya
di tempat. Tohjaya
membunuhnya
berdasarkan hukuman
dimana Anusapati
diyakini membunuh Ken
Arok. Setelah
membunuh Anusapati,
Tohjaya mengangkat
dirinya sebagai raja
menggantikan
Anusapati.
Tohjaya sendiri tidak
lama memerintah.
Muncul berbagai ketidak
puasan baik dikalangan
rakyat dan bahkan
kalangan elit istana
yang merupakan
keluarganya dan
saudaranya sendiri,
diantaranya Mahisa
Campaka dan Dyah
Lembu Tal.
Ketidakpuasan dan
intrik istana ini akhirnya
berkobar menjadi
peperangan yang
menyebabkan
tewasnya Tohjaya.
Setelah keadaan
berhasil dikuasai, tahta
kerajaan akhirnya
dilanjutkan oleh
Ranggawuni yang
memerintah cukup lama
dan dikatakan adalah
masa damai kerajaan
Singashari. Sejak
terbunuhnya Tohjaya,
Keris Mpu Gandring
hilang tidak diketahui
rimbanya.

"Mereka Menuduh Saya" Sang Jendral Membongkar Mafia

“KEMATIAN membela
kebenaran lebih
terhormat daripada
hanyut dalam jaringan
mafia “. Inilah ungkapan
Susno Duadji ketika
rapat dengar pendapat
dengan Komisi III DPR RI
pada awal April 2010.
Kalimat itu diucapkan
Susno untuk
membuktikan bahwa
pembongkaran jaringan
mafia yang sedang dia
lakukan merupakan
tanggung jawab
profetiknya sebagai
seorang perwira
kepolisian. Susno tidak
rela jaringan mafia
justru mengebiri negara
dengan menilap harta
negara secara brutal.
Susno berani angkat
suara sekeras-
kerasnya, bahkan
kalaupun kematian akan
menjemputnya dalam
perjuangan ini, ia akan
bangga dengan
kematiannya. Daripada
meninggalkan harta
hasil korupsi, bagi
Susno, lebih baik
meninggalkan jejak
perjuangan membela
kebenaran kepada anak
cucu.
Spirit perjuangan sang
jenderal inilah yang
menjadikan dia akhir-
akhir ini menjadi
manusia paling ternama
dalam bebarapa bulan
terakhir ini.
Keberaniannya semakin
teguh terlebih dengan
makin banyaknya
jaringan mafia negara
yang banyak terseret di
meja hijau. Susno
bahkan tak segansegan
membongkar jaringan
mafia kelas kakap yang
melibatkan kaum elite
kekuasaan, dan jaringan
petinggi di kepolisian.
Keberanian ini, terbukti,
dengan banyaknya
mafia di dinas
perpajakan yang telah
menilap miliaran uang
negara. Mulai dari Gayus,
Bahasyim, Andi Kokasih,
sampai Sjaril Djohan
yang masih hangat
sekarang ini.
Lupa
Semua itu dilakukan
demi membela
kebenaran di tengah
kekuasaan yang lupa.
Karena kaum petinggi
negara banyak lupa
karena terjerat jaringan
mafia, tak salah kalau
petinggi negara, bahkan
instansi kepolisian
sendiri banyak yang lupa
dengan kebenaran yang
menjadi tugasnya. Dan
karena lupa, akhirnya
Susno sendiri juga
diuduh dengan beragam
kasus.
Karena itulah Susno
membela dan
membongkar jaringan
mafia yang mengitari
lembaganya sendiri.
Dalam konteks
semacam itulah buku ini
hadir untuk memberikan
klarifikasi dan
penjelasan yang
proporsional ihwal arah
perjuangan yang akan
dijalankan Susno dalam
membela keadilan di
Negeri Makelar Kasus ini.
Kesan awal atas buku
ini seolah merupakan
pembelaan Susno atas
tuduhan yang telah
dialamatkan kepadanya.
Seperti tuduhan
menerima suap Rp 10
miliar rupiah dari
pengusaha Budi
Sampoerna dalam
kasus Bank Century,
rekayasa skandal Cicak
vs Buaya, sampai sakit
hatinya dicopot dari
kursi Kabareskrim
Mabes Polri.
Karena tuduhan suap
itulah Susno akhirnya
diduga banyak terlibat
dalam berbagai jaringan
mafia. Susno dijebak
untuk menjadi “kambing
hitam“ dalam berbagai
kasus, khususnya
dalam masalah Bank
Century. Karena
tuduhan yang
menggelinding itu terus
menguat, akhirnya
Susno dicopot dari kursi
Kabareskrim Mabes
Polri. Akan tetapi lepas
dari jabatan
Kabareskrim Mabes Polri
justru membuat Susno
semakin “bebas“ dan
“leluasan“ untuk
menyuarakan
kebenaran.
Karena dicopot dari
jabatan, maka hal itu
dijadikan Susno sebagai
momentum tepat
membongkar jaringan
mafia yang mengakar
kuat dalam tubuh
instansi negara.
Keberanian yang terus
membara inilah yang
menjadikan buku ini
bukanlah sebuah
“pembelaan“ atas
pencopotan Susno dari
Kabareskrim Mabes
Polri, tetapi justru
menjadi starting point
dia dalam
memperjuangkan
kebenaran yang diyakini.
Bagi Susno, dalam
memperjuangkan
pemberantasan korupsi,
yang harus dibersihkan
terlebih dulu adalah
aparat hukum itu
sendiri.
Susno bertanya, jika
aparat hukum yang
korup. bagaimana kita,
sebagai aparat hukum,
bisa memberantas
korupsi kalau kitanya
sendiri korupsi? Karena
itu, sebagai tahap awal,
dia “bersihkan“ dulu di
dalam, baru setelah itu
membersihkan yang di
luar. Bagaimana mau
menangkap bupati,
direktur, dan lain-lain
kalau di dalamnya belum
bersih dari korupsi. Kalau
aparatnya korupsi,
tamatlah republik ini.
Keberanian Susno
semacam ini sudah dia
buktikan ketika
menjabat sebagai
Kepala Polisi Daerah
(Kapolda) Jawa Barat
pada 2008.
Saat menjabat Kapolda
Jabar, Susno dengan
lantang selalu
menyuarakan agenda
pemberantasan korupsi.
Bahkan dia sendiri
menjadi panglima
pemberantasan korupsi.
Dan Susno berkali-kali
mengatakan,
menjalankan agenda
pemberantasan korupsi
sebaiknya dimulai dari
keluarganya sendiri.
Karena keluarga sudah
terbukti tidak korupsi,
barulah Susno kemudian
membersihkan
bawahan-bawahannya.
Bagi Susno, kalau mau
menjadi panglima
pemberantasan korupsi,
mulailah dari diri sendiri
dan keluarga. Karena
tidak mungkin seorang
pejabat mau melakukan
agenda pemberantasan
korupsi, sementara
dirinya sendiri dan
keluarganya ternyata
terlibat dalam jejaringan
mafia korupsi.
Pejabat yang soksibuk
dengan urusan korupsi,
sementara dirinya dan
keluarganya terkait
jaringan korupsi, hanya
akan ditertawakan
bawahan dan rakyat.
Dengan lantang Susno
kemudian
membersihkan aparat
penegak hukum di Jabar
saat itu. Dia tak
tanggung-tanggung
menyeret pejabat.
Risiko apa pun sudah dia
pikirkan, karena yang
dia bela adalah
kebenaran, bukan
sekadar mencari
sensasi dan citra politik.
Bukti keseriusan Susno
saat menjabat Kapolda
Jabar seakan
menggebrak kembali
saat ini. Suara lantang
Susno selalu menghiasi
media cetak dan
elektronik. Kalau saat
konflik Cecak vs Buaya
saat itu semua
menentang Susno,
tetapi saat ini, karena
keterbukaan dan
keberanian Susno,
semua mendukung dia
untuk membongkar
jaringan mafia.
Buku semacam ini
bukan sekadar
pembelaan, tetapi
testimoni Susno untuk
membongkar mafia
dalam menegakkan
kebenaran. Rakyat
selalu mendukung
kebenaran. Karena itu
apa pun yang dilakukan
Susno kalau memang
untuk membela
kebenaran, pastilah
akan mendapatkan
dukungan kuat dari
rakyat. Susno jangan
sampai tergoda oleh
segala iming-iming
kekuasaan dan tetap
menjalankan misi
profetiknya dalam
membongkar jaringan
kejahatan yang
dijalankan mafia.

Reinkarnasi Rasa "Kembang Seruni"

Judul : Kembang
Seruni
Penulis : Denny
Novita
Editor :
Khotimatul Husna
Penerbit dan
Distribusi : LKiS
Yogyakarta
Cetakan ke I November
2009
KEMBANG Seruni,
sebuah novel dengan
latar kisah yang unik.
Memang tak lepas dari
kisah percintaan seperti
novel pada umumnya.
Namun menariknya,
bacaan yang satu ini
menyajikan kisah
percintaan yang dibalut
dengan salah satu
sekuel sejarah kerajaan
Majapahit.
Berbicara soal
Majapahit, tentu pikiran
Anda tak akan lepas
dari tokoh legendaris
Gajahmada. Dalam buah
karyanya ini, penulis,
Denny Novita, mampu
menggabungkan dua
zaman berbeda dalam
satu rangkaian alur
cerita. Salah satu dari
sekuel cerita
didalamnya berkisah
tentang cerita cinta
Gajahmada yang
berakhir tragis.
Anda akan dibawa
dalam dua kisah dengan
latar zamannya masing-
masing. Keduanya
terikat oleh satu
benang merah yang
mana tiap pembaca
akan memiliki
interpretasi sendiri.
Inilah sisi menarik
lainnya, makna tersirat
dari benang merah itu
dapat ditangkap dari
alur kisah dengan
setting masa lalu yang
menjelma di zaman
modern.
Reinkarnasi, satu kata
ini dapat menjadi 'kata
kunci' dalam memahami
perjalanan cerita
'Kembang Seruni'.
Mungkin hanya kata itu
pula yang tepat untuk
menggambarkan
perulangan kisah antara
dua pasang sejoli yang
hidup pada zaman
berbeda. Gajahmada
menjelma dalam sosok
Gading Aryaputra dan
Dyah Ayu Pitaloka
menjelma dalam diri
Seruni Anggraini.
Tak kalah pentingnya,
dalam novel ini kita
diajak menilik sejarah
Majapahit khususnya
mengenai sebuah
perang yang dikenal
dengan sebutan perang
bubat. Banyak versi
berbeda akan kisah
perang ini. Namun,
penulis menarik satu
sudut pandang yang
menempatkan perang
bubat sebagai akibat
dari perang batin dalam
diri Gajahmada.
Cinta 'terlarang' pada
calon permaisuri
Majapahit, Dyah Ayu
Pitaloka, adalah pemicu
dari tragedi yang
menyebabkan ribuan
jiwa dari Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan
Sunda Galuh melayang.
Mirisnya, putri mahkota
Kerajaan Sunda Galuh
yang juga jatuh hati
pada sang mahapatih
itu pun rela mengakhiri
hidupnya dengan bunuh
diri.
Beralih ke zaman
modern, takdir
mempertemukan
Gading Aryaputra
dengan Seruni Anggraini
melalui caranya sendiri.
Keduanya, meski belum
pernah bertatap muka,
memiliki ikatan
misterius yang sulit
untuk dijangkau rasio.
Rasa benci meluap-luap
dari diri Seruni pada
Arya seolah adalah
jelmaan perasaan Dyah
Ayu pada Gajahmada
pasca perang bubat.
Gaya bahasa yang
demikian mengalir serta
imaji indah penulis
dalam memaparkan
kisah ini menjadi nilai
tambah tersendiri. Perlu
dicermati, banyak
pelajaran yang dapat
kita petik setelah
membaca karya sastra
ini. Terutama dalam hal
mengelola rasa.
Seseorang yang tak
mampu membendung
'kulminasi' rasa di
hatinya dapat berubah
menjadi sosok lain,
terpedaya dan terjebak
dalam pusaran emosi.
Sementara, waktu
terus berjalan
menggenggam setiap
akibat dari setiap
perbuatan.
Tertarik dengan novel
ini ? Segera dapatkan di
toko buku terdekat.

"The Einstein Girl" Misteri Cinta Einstein

ALBERT Einstein, sang
jenius satu ini tak
pernah lepas dari
berbagai isu dan misteri.
Menyandang gelar
sebagai ilmuan paling
cemerlang abad ke-20
mengundang detak
kagum semua khalayak
ilmuan dunia. Segala
gerik-geriknya terus
diamati untuk
membedah keseluruhan
hidup yang dijalani
seorang Einstein.
Menggali gerak-gerik
Einstein itu tak lain
untuk mengungkap
kejeniusan yang dimiliki
sang maestro ilmuan ini.
Banyak sekali penelitian
dan kisah fragmen yang
menjelaskan ihwal jalan
hidup Einstein. Bahkan
otak Einstein pun diteliti
untuk mengetahui
kecepatan
kecerdasannya.
Buku ini hadir untuk
tampil beda: menguak
kisah cinta sang ilmuan.
Pilihan kisah cinta yang
diangkat penulis
menjadikan buku ini bisa
menguak nuansa
berbeda ihwal Einstein.
Pilihan ini sangat
menarik, karena sering
ilmuan besar
mempunyai kisah cinta
dan lucu, bahkan kadang
konyol. Tetapi
keganjilan dalam
bercinta kerap
berpengaruh besar
dalam jejak kehidupan
dan keilmuan yang
ditekuni. Dari kisah
cinta, terkadang kita
menemukan kebaruan-
kebaruan pemaknaan
hidup yang belum
ditemukan sebelumnya.
Di sinilah letak menarik
novel ini.
Philip Sington
mengisahkan, 30 tahun
setelah kematiannya,
surat menyurat rahasia
antara sang jenius
Albert Einstein dan
matematikawan Serbia
yang pernah menjadi
istrinya, Mileva Maric,
terungkap. Itu
mengungkap
keberadaan seorang
anak haram yang
terlahir dua tahun
sebelum mereka
menikah. Elisabeth
Einstein, anak itu,
dilahirkan pada akhir
Januari 1902 di sebuah
desa yang pada saat itu
masuk wilayah kerajaan
Austro-Hongaria.
Dua bulan sebelum
Adolf Hitler naik ke
tampuk kekuasaan,
seorang gadis muda
tanpa busana berparas
cantik ditemukan dalam
keadaan nyaris tewas
di sebuah hutan di luar
kota Berlin. Ketika gadis
itu akhirnya pulih dari
koma, dia tidak mampu
mengingat apa pun,
termasuk namanya
sendiri. Satu-satunya
petunjuk identitasnya
adalah secarik kertas
yang terletak di dekat
tempatnya ditemukan,
berisi pemberitahuan
sebuah acara kuliah
umum tentang Teori
Kuantum oleh Albert
Einstein. Koran-koran
pun dengan segera
menamai gadis itu
sebagai “The Einstein
Girl”.
Sington
mengungkapkan bahwa
seorang psikiater
bernama Martin Kirsch
telah berusaha keras
menyingkap kebenaran
di balik kasus “Pasien
E” (Einstein,
maksudnya) ini, tetapi
lama kelamaan
ketertarikan
profesionalnya ternyata
berubah menjadi rasa
cinta kepada sang gadis.
Penyelidikan intensifnya
kemudian
membawanya ke
pedalaman Serbia
melalui sebuah rumah
sakit jiwa di Zurich,
tempat ahli waris
kejeniusan Albert
Einstein —anak
bungsunya, Eduard
Einstein — yang tengah
menulis sebuah buku
yang akan
menghancurkan
reputasi ayahnya dan
sekaligus mengubah
dunia.
Seorang Einstein Girl
menjadi misteri yang
mengguncangkan
belahan dunia Eropa.
Dalam diri Einstein Girl
terdapat darah sang
ilmuan dunia yang
mengutak-atik wajah
pergolakan keilmuan
eksakta. Tak pelak,
kegemparan kasus
“ anak haram” ini
menjadikan sang
Einstein Girl
mengundang misteri
khalayak publik.
Benarkah dalam diri
bidadari cantik ini benar-
benar terdapat wujud
genetik sang ilmuan?
Misteri inilah, salah
satunya, yang
membuat Martin Kirsch
menjadi “tergila-gila”
dengan sang bidadari
kecil ini. Martin bukan
sekadar mengejar
kecantikannya elok
rupawan, tetapi juga
mengincar jalan
genetika keilmuan
Einstein yang dia
kagumi.
***
Bergolak dalam berbagai
tikungan kepentingan
inilah yang membuat
kisah cinta mereka
semakin memikat
dalam novel ini. Di
samping itu, sang
Einstein Girl juga sadar
diri bahwa dirinya,
walaupun terlahir
sebagai “anak haram”,
melainkan menyimpan
gen Einstein yang
mengguncang nalar pikir
ilmuan dunia.
Dengan kesadaran ini,
Einstein Girl tak
sembarangan
meletakkan dirinya
dalam dekapan pelukan
lelaki. Terlebih dia juga
tahu kalau dirinya
terlahir cantik nan jelita.
Semua melekat dalam
kedirian Einstein Girl
akhirnya terjabak dalam
kubangan misteri yang
diramu sang penulis
untuk membuat
pembaca semakin
penasaran. Einstein Girl
memiliki penampakan
yang beragam,
menggambarkan
sebuah dunia Einstein
yang penuh ragam yang
misterius.
Buku ini ditulis dengan
memukau berdasarkan
riset yang tekun. Novel
ini adalah sebuah
misteri tentang cinta
kasih dan kegandrungan
akan ilmu pengetahuan,
sekaligus sebuah
perjalanan gelap menuju
sisi psikologis yang tak
pernah diungkap dari
seorang ilmuwan paling
cemerlang pada abad
ke-20.
Berpijak pada kisah
nyata, novel memukau
ini berpuncak pada
tikungan kuantum yang
kisah-kisahnya terus
mengejutkan pembaca.
Kejutan-kejutan gaya
thriller historis yang
dihadirkan membuat
alur cerita terus
dipenuhi beragam
misteri yang terus
dihadirkan dalam dunia
Einstein.
Sekali lagi, Sington
dalam novel thriller
historis ini telah
membawa alam
pemikiran kita akan
dunia Einstein yang
bukan saja bergelut
dalam alam teoritikus
saja. Sang ilmuan juga
manusia. Kisah cinta
sang ilmuan menjadi
sebuah catatan bahwa
kisah cinta yang dijalani
ilmuan kerap kali juga
sangat berhubungan
dengan aktivitas ilmiah
yang melingkupi
kehidupannya.
Tak pelak kisah cinta
sang ilmuah bisa
menjadi salah satu
referensi melihat
beragam jalan hidupnya,
sekaligus juga
membaca jalan teori
yang terus mengalir dari
kejeniusannya.
Walaupun demikian,
Einstein tetaplah misteri
abad ke-20. Kisah cinta
dalam diri Einstein
menjadikannya justru
semakin misterius
untus terus digali. Novel
ini membantu kita
menjelajahi misteri yang
makin misterius
tersebut.
================================
Judul: The Einstein Girl,
Misteri Kisah Cinta sang
Ilmuan
Penulis: Philip Sington
Penerbit: Serambi
Jakarta
Cetakan: Pertama, Juni
2010
Tebal: 525 halaman

"Menjadi Indonesia" Cita-cita Tionghoa Muslim Indonesia

SEJARAH etnis
Tionghoa di Indonesia
adalah sejarah represi
dan kekerasan. Sejarah
mencatat, di Batavia
pada 1740, terjadi
pembantaian massal
orang-orang Tionghoa
oleh VOC yang menelan
korban sekitar 10.000
jiwa. Pada masa Perang
Jawa (1825-1830),
terjadi pembunuhan
orang-orang Tionghoa
karena dicurigai sebagai
pembawa sial yang
mengakibatkan
pasukan Diponegoro
kalah oleh Belanda.
Lalu pembunuhan
massal orang-orang
Tionghoa oleh pasukan
republik (1946-1948),
peristiwa rasialis 10 Mei
1963 di Jawa Barat,
pembunuhan dan
pengejaran orang-orang
Tionghoa pada tragedi
1965 karena dituduh
sebagai agen
pemerintah komunis
RRT, dan terakhir
peristiwa berdarah Mei
1998 di Jakarta.
Kesemuanya adalah
cuatan sejarah yang
memperlihatkan betapa
etnis Tionghoa sekadar
menempati garis tepi
dalam sosio-kognitif
masyakat pribumi
Indonesia.
Sepertinya kita semua
lupa bahwa banyak
pejuang Tionghoa
Indonesia telah berjerih
payah dan berperan
penting terhadap
kemajuan masyarakat
kita. Pada zaman
perjuangan
kemerdekaan dulu,
sebut saja misalnya
Abdul Karim Oey (Oey
Tjeng Hien) yang ikut
melawan penjajah
Belanda, bahkan yang
pertama kali
menjadikan tahu
Sumedang sebagai
komoditas kuliner
berharga dan menjadi
salah satu aset
ekonomi rakyat kota
Sumedang, adalah
seorang Tionghoa-
Indonesia.
Titik kulminasi dari
ketimpangan ini adalah
saat Orde Baru
mempraktikan
diskriminasi secara
sistematis terhadap
etnis Tionghoa.
Pupuslah pula impian
Bung Karno untuk
menciptakan indigeneus
nation (negara suku)
yang menempatkan
etnis Tionghoa sebagai
salah satu suku di
Indonesia,
berdampingan dengan
suku Jawa, Sunda,
Minang, dan sebagainya,
sehigga orang-orang
Cina tidak perlu
melakukan asilimasi
untuk menjadi warga
Indonesia
(Susetyo,2002).
Kini, meskipun masa
Orde Baru telah usai,
praktik diskriminasi
terhadap kaum
minoritas etnis
Tionghoa masih saja
sering terjadi sehingga
dengan demikian ini
adalah masalah sosial
kita yang tetap aktual
untuk dibahas. Diakui
atau tidak, meskipun
saat ini terdapat
berbagai ragam
interaksi sosial antara
kaum Tionghoa-
Indonesia dengan kaum
pribumi, keberadaan
etnis Tionghoa di
Indonesia masih
dianggap sebagai orang
asing yang belum dapat
sepenuhnya melakukan
pembauran dengan
kelompok mayoritas
pribumi di Indonesia.
Mereka bagaikan air
dengan minyak.
Penelitian sosial yang
dilakukan oleh Afif
dalam buku ini berusaha
melihat lebih dalam dan
lebih dekat persoalan
identitas sosial kaum
Tionghoa muslim
Indonesia. Dengan
pendekatan ideografis,
yakni menggunakan
analisis terfokus pada
individu-individu
Tionghoa muslim
sebagai unit analisisnya,
Afif berhasil menggali
temuan-temuan yang
cukup berharga,
terutama tentang
bagaimana pergulatan
masing-masing individu
itu dalam membentuk
identitas sosial positif di
tengah masyarakat
yang langsung-tidak
langsung
mengalienasikannya.
Totok dan Peranakan
Subjek-subjek Tionghoa
dalam penelitian ini
memiliki latar profesi
dan peran sosial yang
berbeda-beda; dari
pengusaha, seniman,
dan sebagainya. Namun
distingsi internal yang
paling mendasar di
kalangan orang
Tionghoa-muslim ini
adalah totok dan
peranakan. Dua hal ini
akan membedakan pola
dan corak hubungan
sosial para subjek
Tionghoa muslim itu
dengan kalangan
Tionghoa-Indonesia lain,
dan hubungan mereka
dengan kalangan
mayoritas pribumi.
Identitas sosial positif
adalah suatu tata-
ekspresi diri terhadap
yang-lain. Identitas
sosial adalah bagaimana
menghadirkan diri
secara baik ke dalam
persepsi yang-lain.
Tata-ekspresi diri yang
positif akan
menghasilkan penilaian
dan afirmasi yang baik
pula dari yang-lain.
Dengan demikian,
identitas sosial adalah
jalan menuju kerekatan
sosial dalam
masyarakat.
Ada dua strategi dalam
pembentukan identitas
sosial positif, pertama
adalah strategi
kategorisasi diri, dan
kedua strategi hibridasi.
Yang pertama adalah
peleburan. Yang kedua
adalah identitas sosial
yang terbentuk dari
interaksi personal
dengan satu komunitas
atau lebih.
Orang-orang Tionghoa
totok lebih dekat pada
kebudayaan asli mereka
(baca: kebudayaan
Tionghoa) dibanding
orang-orang peranakan.
Dan ini memiliki korelasi
dengan bagaimana
kemudian mereka
mempertahankan
identitas sosial positif
yang berhasil didapat
dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan
modal wawasan
kultural dan keunikan
diri yang dimilikinya,
para Tionghoa totok
muslim ini cenderung
melakukan optimalisasi
dan eksplorasi keunikan
diri yang dimiliki untuk
kemudian menjadi
suatu hal yang bisa
disumbangkan pada
masyarakat.
Namun identitas sosial
positif yang mereka
dapatkan sering kali
terganjal oleh suatu
stigma yang berkenaan
dengan kemusliman.
Mereka yang kerap kali
dicap sebagai sesuatu
yang oportunistik.
Untuk menepis mitos
ini, Afif melakukan
wawancara mendalam
(depth interview)
dengan para subjek
berkenaan dengan
motivasi mereka
menjadi muslim.
Dari lampiran verbatim
wawancara, dapat kita
lihat dan rasakan
bahwa mereka
memang bersungguh-
sungguh dalam
memeluk agama Islam.
Dulu, Junus Jahja pun
pernah menepis stigma
ini dengan mengatakan
bahwa ia memang
mencintai Islam sebagai
ajaran yang sempurna,
universal dan memiliki
nilai keadilan dalam
ajaran tata-sosialnya.
Universalisme Islam
selaras dengan suara
penuh harapan para
subjek yang diangkat
dalam buku ini, yakni
“ kami percaya
identitas-identitas yang
berbeda bisa disatukan
dengan harmonis.
=============================
Judul: Menjadi Indonesia,
Pergulatan Identitas
Tionghoa Muslim
Indonesia
Penulis: Afthonul Afif
Penerbit: Parikesit
Institute Press,
Yogyakarta
Cetakan: Perta,a, Juni
2010
Tebal: xxxiv+228
halaman

"Obor yang Tak Pernah Padam" Soekarno, Sinonim Nasionalisme

ADA banyak cara untuk
merenung pada saat
negeri ini memperingati
kemerdekaan. Namun
satu hal yang tidak bisa
dilupakan adalah
mengingat sosok
Soekarno atau Bung
Karno (BK). Mengapa
demikian? Keith Loveard
dalam tulisan
panjangnya di Asiaweek
mengatakan, di seluruh
wilayah Indonesia yang
membentang 5.000 km,
satu nama sinonim
dengan nasionalisme
Indonesia adalah
Soekarno. Ia adalah
pendiri negara dan
arsitek kemerdekaan
negeri ini. “Bagi banyak
orang, kenangan atas
presiden pertama itu
ada kaitannya dengan
impian tentang
bagaimana Indonesia
harus dibangun, ” tutur
Loveard (halaman 1).
Soekarno jelas manusia
biasa yang tak luput
dari cacat. Tetapi jutaan
warga negeri ini tetap
terkagum-kagum pada
pemimpin yang punya
banyak kelebihan itu.
Dari soal harta,
misalnya. Pada saat kita
bisa melihat harta para
pejabat negara
sekarang yang
bermiliar-miliar —yang
entah dari mana
sumbernya — harta
Soekarno sangatlah
kecil sekali.
Dalam bukunya,
Sukarno, An
Autobigraphy as Told to
Cindy Adams (1966),
Bung Karno antara lain
mengatakan (halaman
157), “Dan adakah
seorang Kepala Negara
lain yang melarat
seperti aku dan sering
meminjam-minjam dari
ajudannya? Gajiku 200
dolar AS sebulan dan
tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan
keluargaku. Dari segi
keuangan tidak banyak
kemajuanku semenjak
dari Bandung (pada
dasawarsa 1920-an).”
Buku yang merupakan
kumpulan 25 tulisan
tentang Soekarno ini
menarik dan enak
diikuti, Ada tulisan dari
majalah Asiaweek, ada
nukilan Bung Karno
menggunakan ramalan
Jayabaya, kunjungan
mengesankan BK di
Amerika Serikat,
pengakuan BK sebagai
pecinta wanita, BK
sebagai kutu buku, BK
sebagai penerima 26
gelar doktor honoris
causa, dan ada pula
surat terbuka Ny Dewi
Soekarno kepada
Jenderal Soeharto.
Dalam sebuah cerita,
Presiden Soekarno
pernah didatangi oleh
seorang pelukis yang
jadi sahabatnya. Sang
pelukis itu sangat
memerlukan uang untuk
membeli obat bagi
istrinya yang sakit. Ia
pun datang pada Bung
Karno untuk menjual
lukisan itu. Tetapi
Kepala Negara itu tidak
punya uang. Jadi ia
menawarkan pulpen
yang ada tanda
tangannya untuk dijual.
Sang pelukis tidak mau
karena butuh uang dan
pamit pulang. Bung
Karno mencegahnya dan
kembali masuk ke
kediamannya. Dia pun
berkata, “Begini Bung,
kebetulan istriku ada
sedikit uang. Saya
meminjamnya, tapi
masih kurang. Jadi nanti
kalau saya punya uang,
kekurangannya saya
bayar.”
Mengharukan memang.
Bagaimana seorang
kepala negara tidak
punya uang hingga
seperti itu? Bagaimana
Bung Karno sering
dibelikan baju oleh para
diplomatnya kalau ke
luar negeri karena
melihat baju
presidennya yang
sangat sederhana?
Soekarno memang
bukan tipe pemimpin
haus harta.
Kesukaannya pada
karya seni sangat
terkenal. Ini terlihat dari
Majalah terkemuka
Amerika National
Geographic edisi
Indonesia, bulan
Agustus 2008 yang
menunjukkan foto Bung
Karno di ruang kerjanya
yang penuh lukisan. Foto
yang dipakai sebagai
sampul ini adalah foto
1956.
Bung Karno juga
seorang kutu buku yang
luar biasa.
Penguasaannya atas
sejumlah bahasa asing
plus kemampuan
pidatonya yang
istimewa menjadikan
dia menjadi orator
tanpa tanding. Ia
mampu
mempersatukan dari
begitu banyak latar
belakang etnik, budaya
dan agama dengan
lidahnya, tanpa
menumpahkan setetes
darah pun.
Kemampuan Soekarno
itu tentu diperoleh
melalui proses, tetapi
jelas buku-buku adalah
bagian penting dari
proses itu. Saat masih
remaja, Soekarno sudah
sering tenggelam
menikmati beragam
buku di perpustakaan
ayahnya. Kemudian,
seperti ditulis Howard
Palfrey Jones dalam
bukunya, Indonesia: The
Possible Dreams, tahun-
tahun dalam penjara
dan pengasingan adalah
tahun-tahun pendidikan.
Ia membaca dan
membaca —semuanya
yang dapat
diperolehnya. Tetapi ia
paling menginginkan
buku-buku tentang
sosialisme dan revolusi;
buku-buku yang akan
mengajarinya
bagaimana
mengorganisasi
(rakyat) melawan
Belanda, buku-buku
yang akan memberinya
pandangan tentang
revolusi.
Bertemu Para Tokoh
Bertahun-tahun
kemudian, tulis mantan
Duta Besar AS di
Indonesia, itu Bung
Karno melukiskan
pengalamannya
membaca buku-buku di
penjara:
“ Aku bertemu di alam
pikiran dengan Tom
Paine. Aku bertemu dan
berbicara dalam alam
pikiran dengan para
pemimpin Revolusi
Prancis, aku bertemu
dengan Mirabeau; aku
bertemu dengan
Moreau; aku bertemu
Danton; aku bertemu
dengan para pemimpin
revolusi wanita di Paris.
Dan dalam alam pikiran
aku bertemu dengan
para pemimpin Jerman.
Aku bertemu Herr
Alterfritz, Frederic
Agung. Aku bertemu
Wilhelm Lieplat dan, ya,
kemudian aku bertemu
juga dengan Marx, Karl
Marx. Aku bertemu
dengan Adolf Berstein.
Aku bertemu dengan
Friedrich
Engels. ” (halaman 187).
Soekarno juga
mengatakan: “Aku
bertemu dengan
Mazzini, dengan
Garibaldi, dengan
Plekanov, dengan
Trotsky, dengan Lenin,
dengan Gandhi, dengan
Mustafa Kemal Ataturk,
dengan Ho Chi
Minh,dengan Sun Yat
Sen, dengan Saygo
Takamori. Aku bertemu
Nehru, dengan
Mohammad Ali Jinnah,
dengan Jose Rizal
Mercado, yang ditembak
mati oleh Spanyol pada
tahun 1903. Aku
bertemu Thomas
Jefferson dan Abraham
Lincoln. ”
“Begitulah setelah
bertemu —setelah
berbicara dengan semua
pemimpin besar itu —
aku menjadi yakin
bahwa manusia itu satu
(sama), ” kata Bung
Karno.
Howard Jones pun
mengaku, ia sering
melongo menyaksikan
otak gajah Bung Karno
karena dalam pidatonya
pemimpin Indonesia itu
mampu mengutip
panjang kata-kata
Jefferson, Lincoln atau
pun Karl Marx persis
dalam bahasa aslinya.
Dua bab akhir buku juga
menarik, yakni surat
terbuka Nyonya Dewi
Soekarno kepada
Jenderal Soeharto, dan
tulisan Pramoedya
Ananta Toer di Majalah
Time edisi 23-30
Agustua 2000 yang
berisi 100 tokoh
terkemuka abad ke-20.
Salah satunya adalah
Soekarno.
Sebuah buku yang
pantas dikoleksi.
=============================
Judul: Soekarno Obor
yang Tak Pernah Padam
Penulis:Djoko Pitono
Penerbit : Selasar,
Surabaya
Cetakan: Kedua (Revisi),
2010
Tebal: xii + 238 halaman

Buku Orang Jawa Mencari Jodoh. "Firasat Tubuh untuk Cari Jodoh"

BERBAGAI jalan
ditempuh seseorang
untuk memperoleh
pasangan hidup. Apakah
akan menjadi pasangan
sampai akhir hayat,
atau hanya sementara
waktu saja, tergantung
tujuan sejak awal.
Untuk memperoleh
pasangan hidup yang
benar, lazim disebut
jodoh, ada tuntunannya.
Masyarakat memiliki
budaya, agama
memberi tuntunan.
Buku ini memberi
gambaran proses orang
Jawa dalam mencari
pasangan hidup.
Sri Suhanjati Sukri,
Guru Besar Sejarah
Peradaban Islam di IAIN
Walisongo Semarang,
aktivis masalah
perempuan, anak, dan
agama itu memaparkan
tentang katuranggan
dalam pemilihan jodoh.
Uraiannya mendasarkan
pada Kitab Majmu ’at
karya Kiai Saleh Darat
dan Serat Centhini yang
ditulis atas perintah
Pangeran Adipati Anom
dari Kerajaan Surakarta.
Buku ini juga
menjabarkan sisi lain
syariat Islam yang
mengatur tentang
pernikahan, yang
dimasyarakatkan lewat
kitab fikih. Pada
umumnya kitab fikih
membahas hal-hal yang
terkait dengan syariat
dan rukun pernikahan
bersumber pada ajaran
Islam dan ijtihad ulama.
Kiai Saleh Darat, ulama
yang berwawasan
budaya lokal Jawa
mengemas sedemikian
rupa, memasukkan
katuranggan dalam
mencari jodoh.
Katuranggan dikenal
sebagai tradisi Jawa
yang digunakan untuk
mengetahui sifat dan
kemampuan seksual
seorang perempuan
melalui firasat
tubuhnya.
Dalam Serat Centhini,
pengertian katuranggan
merupakan penjabaran
dari kriteria pemilihan
jodoh berdasarkan bibit,
yaitu kondisi seorang
wanita termasuk
kecantikannya (becik
warnane- bagus
warnanya), kepandaian
(kepinteran) dan firasat
roman mukanya (candra
warna pasemone).
Dari pengertian ini
disimpulkan
katuranggan digunakan
untuk mengetahui
keadaan perempuan
yang akan dinikahi,
bukan untuk iseng atau
pelecehan.
Meskipun tidak sama,
ternyata pembahasan
mengenai perlunya
mengetahui kondisi
calon istri melalui
anggota badan
disinggung pula dalam
Ihya Ulum ad Din karya
Imam Al Ghazali.
Sementara Serat
Centhini memuat lebih
rinci tetang sifat,
bentuk tubuh dan
kemampuan
seksualitas perempuan.
Katuranggan sampai
sekarang masih
digunakan oleh sebagian
masyarakat Jawa
sebagai hal yang
penting dalam memilih
jodoh. Pemilihan jodoh
yang tepat akan
berpengaruh pada
ketenangan dan
kebahagiaan keluarga.
Sedangkan
keharmonisan keluarga
akan berpengaruh pada
terciptanya masyarakat
yang tenang, damai dan
sejahtera.
Keluarga merupakan
bentuk masyarakat
terkecil. Keluarga yang
tidak harmonis
merupakan pangkal
kerusakan dalam
masyarakat.
Ketidakharmonisan
keluarga, salah satunya
berasal dari pemilihan
jodoh yang tidak tepat.
Kepentingan
Pernikahan
Buku ini dibagi
menjadi 10 bagian,
untuk mempermudah
pembaca konsentrasi
pada masalah tertentu.
Diawali tentang
pentingnya pernikahan
yang merupakan
perwujudan syariat
Islam yang mengatur
fitrah manusia sebagai
makhluk sosial, tidak
bisa hidup sendiri. (Qs al
Baqarah: 35 tentang
penciptaan Adam dan
Hawa). Setelah
terlaksana syarat dan
rukun pernikahan,
diuraikan kewajiban
sebagai seorang suami
dan istri.
Bagian berikutnya
pembaca dapat
mendalami tentang
kriteria ideal istri,
bagaimana melihat
calon istri atau calon
suami, kriteria yang
dianjurkan dan dilarang
dalam memilih
pasangan, sampai pada
perempuan berhak
memilih jodoh.
Perihal katuranggan
(hal 59) dalam kitab
karya Kiai Saleh Darat,
(ditulis 1899), pada
bagian akhir diketahui
bahwa Majmu ’at
merupakan kumpulan
syariat yang sengaja
ditulis untuk orang
awam.
Dimaksud dengan
awam adalah orang
yang tidak tahu tentang
bahasa Arab. Kedua
sebagai bahasa simbol
yang digunakan oleh
orang Jawa untuk
menunjukkan sifat
rendah hati.
Kiai Saleh Darat
menyebut dirinya
sebagai orang yang
tidak tahu bahasa Arab,
sedangkan
kenyataannya Saleh
Darat menguasai
Bahasa Arab,
menerjemahkan dan
meringkas buku
berbahasa Arab ke
dalam bahasa Jawa
termasuk Majmu ’at dan
Matan al Hikam.
Ketiga, awam
dimaksud sebagai orang
yang pengetahuannya
masih rendah. Pada
saat buku itu ditulis,
bisa dikatakan
pengetahuan mayoritas
umat Islam masih
terbatas, baik dalam hal
agama atau
pengetahuan umum.
Salah satu contoh
katurangan yang
disebut dalam buku ini
(hal 30) adalah istilah
guntur madu. Anggota
tubuh orang yang
disebut dengan guntur
madu adalah wajah
lebar, sorot mata galak,
dahi dan mulutnya juga
lebar, matanya kecil,
perawakannya tinggi,
badannya kerempeng,
kulitnya kuning langsat
dan rambutnya lebat.
Perempuan seperti itu
wataknya bagus, dan
dalam masalah seksual
bisa mengimbangi
pasangannya.
=========================================
Judul: Orang Jawa
Mencari Jodoh (dari Kitab
Fikih Hingga Serat
Centhini)
Penulis: Prof Dr Sri
Suhanjati Sukri
Penerbit: Nuansa,
Bandung
Cetakan: Pertama,
Agustus, 2010
Tebal: 119 halaman

Spirit Perlawanan Rambut Gondrong

REZIM Orde Baru
pernah kerepotan
mengurusi rambut
rakyat. Sesuatu yang
kedengaran
menggelikan, bukan?
Rambut yang secara
alamiah tidak memiliki
asosiasi maupun relasi
khusus dengan politik-
kekuasaan pernah
menandai sebuah
gejolak serius di negeri
ini.
Pada awal 1970-an,
rambut gondrong
menjadi fenomena
penting yang
dipropagandakan
pemerintah. Fokus
propaganda saat itu
adalah pemuda atau
kaum remaja lelaki yang
terjangkiti mode
rambut gondrong. Tidak
main-main!
Pangkopkamtib Jenderal
Soemitro ketika mengisi
sebuah acara bincang-
bincang di TVRI pada 1
Oktober 1973, terang-
terangan menyatakan
bahwa rambut
gondrong membuat
pemuda menjadi
onverschilling atau acuh
tak acuh. Rambut
gondrong dinilai
mengadopsi budaya
asing yang tidak sesuai
kepribadian dan
kebudayaan bangsa
Indonesia.
Angkatan bersenjata
(ABRI) dikerahkan untuk
melakukan razia rambut
gondrong secara
intensif. Barangkali,
operasi aparat militer
yang menggelikan,
sebab tidak
mengedepankan bedil,
melainkan gunting.
Orang berambut
gondrong langsung
dipangkas rambutnya di
tempat, hinggga pendek
atau bahkan plontos.
Penyiaran pun dikontrol
ketat, artis (lelaki)
berambut gondrong pun
dilarang tampil di TVRI.
Pemain sepak bola juga
tidak boleh gondrong.
Instansi-instansi
pemerintah juga
menerapkan aturan
pelayanan publik dengan
slogan ”Tidak Melayani
Rambut Gondrong”.
Mengapa pemerintah
begitu berambisi
menghabisi rambut
gondrong? Buku ini
menjawab persoalan itu
secara detail. Penelitian
menarik mengangkat
tema relasi rambut
gondrong dengan kuasa
Orde Baru yang nyaris
luput dari perhatian
sejarah. Kajian ini
didasarkan pada
ratusan berita maupun
artikel yang diterbitkan
di koran-koran maupun
majalah pada awal
1970-an, di antaranya
dari Koran Sinar
Harapan, Kompas, Pos
Kota, Indonesia Raya,
Suara Karya, Berita
Buana, Antara, Tempo,
dan Panji Masyarakat
sebagai sumber utama
dokumentasi fakta
sejarah.
Otoritarianisme-
Nepotisme
Paling tidak ada dua
sebab pemerintah
merepresi rambut
gondrong. Pertama,
pemuda dianggap
penting dalam dinamika
kebangsaan sebagai
generasi penerus
kepemimpinan masa
depan hingga perlu
kontrol dan pembinaan.
Namun, saat itu
pemuda justru
berkembang tidak
sesuai keinginan
penguasa. Kondisi
politik-ekonomi Orde
Baru pada awal 1970-an
masih labil oleh pelbagai
persoalan naiknya harga
pangan maupun bahan
bakar minyak (BBM),
juga pembersihan
orang-orang yang
dicurigai terkait gerakan
Partai Komunis
Indonesia PKI sangat
menakuti rakyat.
Realitas sosial berjalan
tidak sesuai cita-cita
politik-kebangsaan,
secara tidak langsung
mendorong kaum muda
bertumbuh sebagai
counter culture (budaya
tanding).
Secara behavioral,
budaya tanding
terejawantah dalam
pola hidup memilih
berbeda dari kebiasaan
dominan yang jamak
dan lumrah. Salah
satunya gaya hidup
rambut gondrong yang
lebih dianggap
masyarakat sebagai
laku norak, atau bahkan
mreman (berlagak
preman). Secara
ideologis, budaya
tanding mewujud dalam
kepercayaan nurani
yang berkehendak lepas
dari jejaring kekuatan
dominan dan menolak
status quo. Konteksnya
dengan Orde Baru
adalah penolakan secara
radikal terhadap
pemapanan tata politik
yang otoriter dan
mewabahnya korupsi,
kolusi, serta nepotisme.
Counter culture secara
behavioral sekaligus
ideologis saat itu
diperankan oleh
mahasiswa atau
pemuda, kebanyakan
berambut gondrong,
yang kerap melakukan
aksi protes dan
demonstrasi kepada
pemerintah. Fakta besar
adalah meletusnya
peristiwa Malari (15
Januari) 1974.
Kedua, pemerintah
risih melihat perilaku
kaum muda mengikuti
tren kebarat-baratan
dengan cara memelihara
rambut panjang. Banyak
anak pejabat atau
pegawai pemerintahan
terjangkiti mode
rambut gondrong,
dianggap menyemaikan
budaya hura-hura
hingga
mengesampingkan
nasib bangsa. Apalagi
saat itu narkotika mulai
masuk ke sendi-sendi
kehidupan kaum muda.
Lantas pemerintah
mewacanakan para
pejabat atau pegawai
agar anak-anaknya
tidak ada yang
berambut gondrong. Hal
ini dilakukan sebagai
upaya mengarahkan
anak-anak pejabat atau
pegawai agar tidak
terjun di dunia ”urakan”.
Tujuan jangka
panjangnya adalah
mengendalikan anak-
anak muda keturunan
pejabat untuk
mengikuti jejak orang
tua menjadi pejabat
atau pegawai.
Antirambut gondrong
memperlihatkan sebuah
obsesi kekuasaan. Di
satu sisi, Orde Baru
tidak menghendaki
sikap kritis serta
perlawanan kaum
muda. Dalam konteks ini
rambut gondrong
menjadi penanda spirit
perlawanan
kesewenang-
wenangan. Di sisi lain,
Orde Baru menginginkan
kekuasaannya
berkembang menjadi
”rezim keluarga”.
Pangkat yang dimiliki
para pejabat maupun
pegawai hendak
diwariskan secara
nepotis kepada anak-
anak mereka sendiri.
Demikian kuasa Orde
Baru untuk tetap
melanggengkan
kekuasannya. Kita tidak
bisa mengelak dari
pandangan Michel
Foucault, kekuasaan
menjadi alat untuk
menormalisasikan
individu-individu dalam
masyarakat melalui
disiplin dan norma
(Haryatmoko: 2002).
Dapat dilihat, praktik
kekuasaan Orde Baru
dilakukan secara
represif melalui
aparutus negara
represif maupun
ideologis yang
berbentuk peraturan,
hukum, atau norma. Di
samping itu juga
dilakukan dengan cara
”mempermainkan”
sejarah guna
memuluskan
kepentingannya.
Rambut gondrong
merupakan budaya
asing dan bukan
kepribadian bangsa
Indonesia, adalah
pembalikan sejarah.
Pelacakan rambut
panjang atau gondrong
bisa ditemukan dalam
sejarah keadaban
manusia nusantara
pada masa kerajaan-
kerajaan. Thomas
Stamford Raffles
(2002) mencatat, pada
masanya berada di
Indonesia, khususnya di
Distrik Sunda dan
Cirebon, menemukan
kebanyakan petinggi
pribumi berambut
panjang.
Kini, masihkah ada
rambut gondrong yang
mewarisi spirit
perlawanan?
Pertanyaan yang
pantas direnungkan!
=======================
Judul: Dilarang Gondrong!
(Praktik Kekuasaan
Orde Baru terhadap
Anak Muda Awal 1970-
an)
Penulis: Aria Wiratma
Yudhistira
Penerbit: Marjin Kiri,
Tangerang
Cetakan: Pertama, April
2010
Tebal: xxii + 140
halaman

Kumis Kucing untuk Radang Ginjal

kumis kucing by: javaneses

  SELAIN sebagai tanaman hias, kumis kucing ternyata berkhasiat menyembuhkan keluhan batu ginjal dan radang
ginjal.


  Tanaman dengan nama latin orthosiphon aristatus ini termasuk dalam famili Lamiaceae/
Labiatae. Kumis kucing umumnya tumbuh di tempat dengan ketinggian 500 - 1.200 m dpl.

  Sebagai obat, Anda dapat memanfaatkan
daun kumis kucing yang basah mapun kering.
Untuk pengobatan ini,
sediakan 25 g daun kumis kucing, 25 g daun
ngokilo, 25 g daun
meniran dengan akarnya dan 25 g daun keji beling.

  Cuci bersih bahan-bahan itu lalu rebus dalam empat gelas air. Tunggu hingga mendidih dan minumlah air rebusan itu dalam sehari.
Semoga bermanfaat!

Semangka Atasi Rambut Rontok

RAMBUT rontok
biasanya menjadi
kendala untuk kaum
wanita. Meski demikian,
tak jarang pula
gangguan kesehatan
pada rambut ini juga
terjadi pada laki-laki.
Banyak hal bisa memicu
kerontokan rambut,
seperti perubahan
hormon, efek
pengobatan, shampoo
yang tidak cocok atau
stres.
Salah satu pengobatan
alami untuk mengatasi
rambut rontok yakni
menggunakan
semangka. Kulit buah
yang biasa berperan
sebagai pencuci mulut
ini ternyata bermanfaat
untuk mengatasi
kerontokan.
Caranya mudah. Setelah
Anda memakan daging
buah semangka, jangan
terburu-buru
membuang kulitnya.
Sisa daging yang
berwarna putih melekat
pada kulit justru bisa
digunakan untuk
mengobati rambut
rontok.
Gosokkan bagian
tersebut pada kulit
kepala Anda sebelum
keramas. Lebih baik lagi,
tusuk-tusuk bagian
putih kulit semangka itu
menggunakan garpu
sebelumnya, agar keluar
cairan. Cukup lakukan
seminggu sekali.
Selamat mencoba!

Pisau Cukur Bisa Tularkan HIV/AIDS!

HATI-hati ketika
memotong rambut di
jasa pemangkasan
rambut. Penggunaan
pisau cukur secara
bergantian berpotensi
menularkan penyakit
HIV/AIDS.
Penularan bisa terjadi
melalui darah penderita
HIV/AIDS yang
terdapat dalam pisau
cukur itu, jika kemudian
dalam waktu dekat
digunakan orang lain.
Ayundrawan Mohune,
Ketua "Huyula Suport",
Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang
berfokus pada
penanggulangan dan
mitra penderita HIV/
AIDS, belum lama ini
mengatakan, jika pisau
cukur yang membawa
darah penderita itu
melukai kulit kepala
orang lain, maka rentan
terjadi penularan.
Karena itu, perlu
diwaspadai jika terjadi
"kecelakaan kecil"
berupa luka akibat
tersayat pisau cukur.
"Kita sendiri, bahkan
bisa jadi tidak pernah
tahu, bahwa sedang
telah mengidap HIV/
AIDS, lalu
menularkannya kepada
orang lain, dengan cara
yang sebenarnya
sepele," ujar dia.
Dia pun menyarankan,
jika hendak memangkas
rambut, baiknya
menyediakan sendiri
peralatan pisau cukur.
Penularan dengan cara
kontak darah dari luka
terbuka, selama ini
belum banyak diketahui
masyarakat awam.

Wanita Bertato dan Segala Kontroversinya

TATO bagai suvenir
seumur hidup yang
dilukiskan pada raga.
Tak lagi didominasi
kaum pria, makhluk
wanita dengan segala
keanggunannya pun
berlomba-lomba
menyematkan simbol-
simbol indah itu di tubuh
mereka. Seakan tak lagi
peduli pandangan
masyarakat yang belum
terbiasa "open minded"
karena masih terikat
erat dengan adat
ketimuran. Sebuah
pemikiran picik, sempit,
dan maha dangkal,
ketika melihat bahwa
semua yang terlihat
nganeh-anehi, seperti
halnya wanita bertato
selalu diidentikkan
dengan perangai
negatif.
Bahkan muncul pula
pendapat awam yang
dijadikan guyonan antar
kawan saat santai,
"Perempuan tidak
bertato itu bebas
masuk surga, sedang
perempuan bertato
bebas kemana saja,
keluyuran rumah tengah
malam, dan merokok"
Pro dan kontra di
masyarakat tentang
tato rupanya telah
melahirkan pula
pandangan moderat
sebagian wanita yang
menyikapi tato dengan
alasan beragam. Ada
kecenderungan mereka
(para wanita)
mengingininya seperti
sebuah candu, tapi tak
berani karena takut
ketagihan. Seperti
diungkap simbok Venus,
blogger dari Jakarta
ketika dimintai
pendapatnya tentang
perempuan dan tato,
"aku juga ingin (tato,
red), tapi nggak berani..".
Lain lagi pendapat
Ratna. Pekerja wanita
dengan satu putra ini
justru menyikapi tren
tato dengan
pemikirannya yang lebih
maju, "Tato. Nggak ada
yang salah dengan tato.
Sama saja dengan
karya seni lain, ada
media, ada seniman,
ada pelaku dan ada
penikmatnya. Begitu
juga dengan segala
bentuk kontroversi, pro
dan kontra yang
menyertainya. Tato itu
suatu bentuk karya seni
yang usianya sama
dengan peradaban
manusia di bumi. Hanya
saja aku lebih memilih
temporary tattoo saja.
Biar bisa ganti-ganti.."
Ya, bagai sebuah tren
mode, seni tato dilirik
sebagian kaum hawa
karena dinilai menjadi
media yang tepat untuk
mengekspresikan diri,
mengungkapkan rasa,
serta bentuk
penghargaan terhadap
karya seni tinggi.
Angkat jempol tinggi
bagi para wanita yang
bersedia melalui rasa
sakit dirajah jarum
suntik dan merelakan
tubuh mulusnya dilukis
bak kanvas dengan
tinta warna-warni.
Tersematkanlah tubuh
itu dengan simbol penuh
makna, quote favorit
bahkan replika foto.
Inilah bukti bahwa
fungsi tato sudahlah
bergeser, tak lagi
difungsikan sekedar
sebagai penanda
pencapaian fase-fase
terpenting dalam
kehidupan perempuan-
perempuan suku saat
mereka mencapai
pubertas, menikah dan
memutuskan memiliki
anak, namun telah pula
menjadi bagian dari
nafas fashion dan tren
gaya hidup.
Presenter kondang,
Tamara Geraldine salah
satu contohnya. Dengan
segala keberaniannya,
Tamara merajahi
tubuhnya dengan tato
berwujud foto Caskaya,
putri angkatnya. Sebuah
kebanggaan bagi
Tamara memamerkan
replika foto buah
hatinya yang terlukis di
punggung mulusnya
pada setiap
kesempatan.
Tato higienis
Wanita berdarah Batak
itu mengaku mulai 'gila'
merajai tubuhnya sejak
beberapa tahun lalu.
Entah atas
pertimbangan apa,
Tamara berani
berhadapan dengan
jarum suntik, melalui
rasa sakitnya ketika
kulitnya dihujam jarum-
jarum menyakitkan
yang mungkin setimpal
nyerinya dengan nyeri
yang dialami sebagian
wanita yang lebih
memilih operasi
liposuction. Ya, but the
present is in your
hands, dude!
"Buatku, tato mesti
higienis. Waktu aku bikin
tattoo wajah putriku di
punggung, seniman
tato-nya datang
langsung dari Bali ke
Jakarta. Aku sudah
kenal dengannya dan dia
bersih. Aku enggak mau
seniman tato yang
jorok, seperti bikin tato
sambil merokok,"
ungkapnya.
Memang betul, tato tak
hanya menyoal seni
artistiknya yang tinggi,
sebagai penanda
momen penting dalam
kehidupan, atau sebagai
handicap menuju
keterkenalan mereka,
para pesohor. Namun
dibalik itu semua,
penting perlunya
mempertimbangkan
banyak hal sebelum
merajahi tubuh. Mencari
tahu kebersihan dan
kredibilitas tempat
desain tato adalah
sebuah langkah bijak
jika kita tidak ingin ada
efek samping dari tato
yang kita sematkan.
Menghapus tato =
menghapus masa
lalu?
Tak dipungkiri, kembali
lagi pada prinsip masing-
masing pribadi untuk
memutuskan
'menandai' tubuhnya.
Tak ada guna sekedar
ikut tren jika hanya
untuk kesenangan
sesaat dan lalu
menyesal memiliki
'tanda' itu. Akan jadi
sebuah keterpurukan
jiwa saja. Kelly Osborne
memberi wejangannya
pada anak-anak muda
saat interview-nya
dengan Access
Hollywood. "Jangan
pernah ber-tato, karena
kamu akan menyesal
setelah tua nanti. Aku
membencinya"
Bahkan jadi sebuah
masalah, ketika tato
bergambar lumba-lumba
di pinggul Luna Maya
menjadi bukti kuat
video asusilanya
bersama Ariel Peterpan
terkuak di publik.
Sebuah sumber
membenarkan, Luna
Maya memilih
menghapus tato itu dari
tubuhnya pada seorang
dokter di Singapura
untuk menghilangkan
bukti.
Ya, dalam urusan
membuang tato,
perempuan memang
lebih sering
melakukannya. Hal ini
dikuatkan dengan
sebuah studi yang
pernah dilakukan di
tahun 1996 di empat
klinik dermatologi dari
negara bagian Arizona,
Colorado,
Massachusetts dan
Texas.
Riset yang dipimpin Dr
Myrna L Armstrong dari
Texas Tech University
itu mewawancarai 196
orang bertato yang
datang ke klinik, 130 di
antaranya perempuan
dan 66 pria. Yang
mengejutkan, terdata
lebih banyak wanita
(69%) daripada pria
(31%) yang datang
membuang tato.
Terkumpul alasan dari
sebagian mereka yang
memilih menghapus
tato karena alasan
stigma sosial, yakni
malu, kesan rendah diri,
pekerjaan baru, dan
masalah dengan
pakaian.
Atas dasar rasa cinta
dan keinginan menandai
momen spesial
bersama sang
pasangan jiwa, rupanya
menjadi alasan sebagian
wanita tanpa pikir
panjang rela menandai
tubuhnya. Inilah, yang
bgai mereka menjadi
sebuah pembuktian
atas cinta yang begitu
kuat mengakar di dalam
hati. Sayang, ketika
gairah itu memudar dan
mati, 'tanda' itu pun tak
lagi memiliki maknanya.
Membuangnya dari
tubuh adalah pilihan
terbaik.
Hal ini dialami Eva
Longoria yang rela
merajah nama
suaminya, Tony Parker,
di bagian intim
tubuhnya. Kenyataan
pahit, pernikahan itu
kandas. Mau diapakan
tanda itu, tetap
dikenang? jika tak ada
lagi rasa yang tersemat
di sana, untuk apa
tanda itu masih
terpahat?. Hapus,
hilangkan dan buang
jauh-jauh memang
menjadi cara yang
tepat. Namun, rasa
sakit 'mencabut' tanda
itu dari tubuh tak akan
seberapa dibanding
dengan perihnya
melupakan kenangan
sang mantan suami,
bukan?

Sosok Tan Malaka Belum Dikenal Luas

SOSOK Tan Malaka
hingga kini belum dikenal
luas di kalangan
masyarakat. Kondisi
tersebut terungkap
saat gelaran Diskusi dan
Peluncuran Buku Tan
Malaka, Gerakan Kiri, dan
Revolusi Indonesia Jilid 3
yang berlangsung di
Aula FISIP Unsoed,
Kamis (21/10).
Salah satu penanya
dalam diskusi dan bedah
buku tersebut, Subur
Putra mengaku ketika
baru mendengar
pertama kali nama Tan
Malaka dianggapnya
sebagai nama sebuah
tempat. Tidak hanya
itu, dia juga
mengemukakan baru
pertama kali
mengetahui Tan Malaka
merupakan salah satu
pemikir besar Indonesia.
"Selama ini saya berpikir
Tan Malaka itu nama
tempat yang ada di
Sumatera. Dan ketika
saya sekolah hanya
mengenal nama Tan
Malaka sebagai
pemberontak saja,"
ucapnya saat sesi
diskusi tanya jawab.
Pernyataan tersebut
menjadi salah satu
kenyataan sejarah yang
ada selama ini selalu
berpihak kepada
penguasa. Dalam diskusi
tersebut hadir sebagai
pembicara Harry A
Poeze, PhD (Peneliti
sekaligus penulis buku
Tan Malaka, Gerakan
Kiri, dan Revolusi
Indonesia), Ashoka
Siahaan (Pendiri
Padepokan Filosofi
Yasnaya Polyana
Purwokerto) dan Drs
Hendri Restu Adi, M Si.
Dalam gelaran tersebut,
Harry Poeze
memaparkan sejarah
panjang Tan Malaka
dalam melakukan
perjuangan yang
dilakukan sepanjang
hayatnya. Selain itu, dia
juga mengungkapkan
beberapa catatan
sejarah yang selama ini
luput dari pengetahuan
masyarakat. "Saya
menemukan
dokumentasi lagu
Indonesia Raya yang
dibuat tahun 1930 dan
kata-katanya berbeda,"
ujar peneliti asal Belanda
tersebut.
Kelas berat
Poeze yang melakukan
penelitian tentang Tan
Malaka lebih dari tiga
dekade ini mengaku
baru kali pertama
menginjakan kaki di
Purwokerto. Dia menilai
spirit yang ada dalam
bedah bukunya cukup
merepresentasikan
gerakan yang ada di
Purwokerto.
Pembicara lainnya,
Ashoka menyoroti latar
belakang Tan Malaka
dan Jenderal Soedirman
yang mempunyai
kesamaan pemikiran
walau mempunyai
profesi yang berbeda.
Dia juga
mengungkapkan dalam
perjuangan melawan
penjajah, keduanya
mempunyai sikap yang
sama. "Kedua tokoh
mempunyai semangat
ilmu pengetahuan dan
kritisisme dalam dunia
pendidikan. Ketertarikan
Soedirman untuk
bergabung dengan
Persatuan Perjuanagn
tidak lain karena sikap
yang sama menghadapi
penjajah agar mengakui
kemerdekaan Indonesia
100 persen."
Sementara itu, Hendri
Restu Adi mengatakan
Tan Malaka menjadi
sosok unik lantaran
kesendiriannya dalam
perjuangan
mewujudkan cita-
citanya. Hendri juga
menyoroti buku yang
ditulis Harry Poeze
termasuk "kelas berat".
"Jika biasanya saya
membaca buku bisa
sambil mendengarkan
musik, khusus untuk
buku ini saya harus
konsentrasi penuh. Dan
harus diakui kata yang
dipilih sangat bagus,"
ujarnya.
Gelaran yang dihelat
Keluarga Besar
Mahasiswa Sosiologi
(KBMS) FISIP Unsoed,
Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, KITLV
Jakarta, Universitas
Jenderal Soedirman dan
Lembaga Advokasi
Kearifan Lokal tersebut
dimulai sekitar pukul
09.30-13.00 WIB.