Cari Blog Ini

Minggu, 26 Desember 2010

10 Letusan Gunung Terdahsyat

SELAMA ini tercatat ada
10 letusan terdahsyat
gunung berapi
sepanjang masa yang
menimbulkan dampak
terbesar, baik secara
ekologis, geologis,
maupun terhadap
peradaban pada
masanya. Ternyata lima
di antara ke-10 gunung
itu berada di Indonesia.
Letusan superdahsyat,
yang menduduki
peringkat pertama,
adalah letusan Gunung
Toba di Sumatera
Utara.
Ya, kajian
palaeogeografi ahli asal
AS memperlihatkan
temuan terkini tentang
letusan dahsyat Gunung
Toba di Sumatera yang
menyajikan bukti tak
terbantahkan betapa
letusan megakolosal
gunung berapi zaman
purbakala, 73.000 tahun
silam, itu berdampak
luar biasa. Antara lain,
memusnahkan
kawasan hutan di anak
benua India yang
terpisah sejauh 3.000
mil dari pusat letusan,
yang kini menjadi Danau
Toba.
Bukti riset mencakup
debu sampel penelitian
di lokasi daratan India,
Samudra Hindia, Teluk
Benggali, dan Laut China
Selatan dari letusan
yang diperkirakan
melontarkan material
dan debu vulkanis 800
km3 ke atmosfer dan
membuat gunung berapi
zaman purbakala itu
lenyap. Kini, yang
tertinggal adalah kawah
yang menjadi Danau
Toba dengan panjang
100 km dan lebar 35 km.
Itulah bukti peninggalan
danau vulkanis terbesar
sejagat.
Kedahsyatan dampak
letusan Toba membuat
partikel debu di lapisan
atmosfer menghalangi
sinar matahari ke bumi
serta memantulkan
kembali panas radiasi
selama enam tahun
yang serta merta
memunculkan ìzaman
es instanî di bumi.
Berdasar analisis
penelitian lapisan es di
Greenland, zaman es
masa itu berlangsung
1.800 tahun.
Jika ditelaah berdasar
data skala Volcanic
Explosivity Index (VEI)
yang dipergunakan
United States Geological
Survey (USGS), letusan
luar biasa Gunung Toba
zaman purbakala itu
diklasifikasikan kategori
VEI:8. Itulah letusan
megakolossal, yang
antara lain dicirikan dari
besaran volume
lontaran material
vulkanis letusan sekitar
1.000 km3.
Letusan Toba
berdampak terhadap
proses evolusi manusia
di bumi, meski soal itu
masih jadi kontroversi di
kalangan ilmuwan. Prof
Ambrose berpegang
pada kajian risetnya
yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah
Journal of Human
Evolution (1998), yang
meyakini letusan Toba
dan kemunculan zaman
es sesudahnya
menimbulkan
keragaman genetika
relatif berkurang
sebagaimana pada
manusia modern
sekarang ini. Bahkan
disebutkan, peristiwa
luar biasa itu nyaris
memunahkan manusia
dari muka bumi.
Sapu 50% Populasi
Peringkat kedua adalah
letusan Gunung Laki.
Gunung berapi di Islandia
itu tertidur sejak
meletus kali terakhir
secara sangat dahsyat
tahun 1783. Dengan
ketinggian 1.725 m,
letusan gunung itu
menyebabkan
kerusakan di seluruh
negara, membunuh di
atas 50% populasi
makhluk hidup di
Islandia dengan awan
belerang dan fluorine
beracun.
Kelaparan jadi penyebab
kematian 25% populasi.
Air mancur lahar
memancar setinggi
1.400 m. Seluruh dunia
merasakan akibat
letusan itu. Awan
beracun menyebar
hingga ke Eropa,
menutupi langit di bumi
bagian utara yang
menyebabkan musim
dingin datang lebih awal
di Inggris dan
membunuh 8.000 orang.
Di Amerika Utara,
musim dingin 1784 jadi
musim dingin
terpanjang dan paling
dingin. Lebih banyak
salju di New Jersey,
Sungai Mississippi
membeku di New
Orleans, dan ditemukan
es di Teluk Mexico.
Gunung Vesuvius ada
papada peringakt
ketiga, meski nomor
dua dalam
“ kekejaman”, karena
menyebabkan kematian
25.000 nyawa. Letusan
mahadahsyat tahun 79
SM telah mengubur kota
Pompeii dengan
muntahan isi perut 20
jam nonsetop. Sejak
saat itu, Vesuvius
meletus lusinan kali dan
terakhir tahun 1944
membinasakan
kehidupan di beberapa
desa di dekatnya.
Gunung Tambora yang
menduduki posisi
keempat merupakan
gunung api aktif dari
130-an gunung api di
Indonesia. Gunung
raksasa setinggi 4.300
m itu “melakukan”
serangkaian letusan
sejak April hingga Juni
1815 yang
mengguncangkan dunia.
Letusan itu mengubah
stratosfer dan
menyebabkan kelaparan
hingga ke AS dan Eropa
abad ke-19.
Batu merah berpijar
menghujani angkasa
ketika gunung itu
meletus. Lahar panas
dan awan beracun
membinasakan
tumbuhan di pulau
tempat gunung itu
berada. Secara
keseluruhan, lebih dari
71.000 orang tewas
karena terbakar,
kelaparan, atau
keracunan. Letusan
Tambora di Nusa
Tenggara itu termasuk
skala VEI:7, lebih besar
dari letusan dahsyat
Krakatau tahun1883
yang berskala VEI:6.
Kalahkam Bom Atom
Posisi kelima ditempati
Gunung Krakatau, pulau
vulkanis di Selat Sunda.
Agustus 1883, gunung
itu meledak dengan
kekuatan 13.000 kali
lebih besar daripada
bom Hiroshima sehingga
terdengar hingga ke
Perth, Australia.
Muntahan lebih dari 21
km3 batu dan debu
membubung setinggi 70
mil. Lebih dari 37.000
orang tewas. Namun
korban bisa lebih banyak
karena tsunami yang
ditimbulkannya.
Gunung Pelee pada
posisi keenam berada di
Martinique, Prancis,
yang meletus tahun
1902. Itulah letusan
terbesar pada abad
ke-20 yang
menewaskan lebih dari
30.000 orang. April 1902,
terjadi letusan kecil
beruntun yang hanya
mengeluarkan asap,
belerang, dan debu. Baru
pada 8 Mei 1902 terjadi
letusan besar, dengan
air mancur lahar
menyala dan awan
beracun meluncur deras
dengan kecepatan 600
mil per jam. Dengan
temperatur 1.075
derajat, lahar
mendidihkan kota St
Pierre di bawahnya.
Kota terbakar berhari-
hari dan hanya dua
orang yang selamat.
Jauh sebelumnya, tahun
1595, Nevado Del Ruiz,
Kolumbia, meletus
sehingga menyebabkan
635 orang mati. Letusan
berdampak besar
ketujuh itu
menumpahkan lumpur
mendidih ke Sungai Guali
dan Lagunillas. Dan,
letusan tahun 1845
membuat lebih dari
1.000 orang tewas. Kota
Armero yang dibangun
di atas magma yang
mengering telah
kehilangan hampir
seluruh populasi
penduduk, ketika
tahun1985 letusan
gunung itu mengalirkan
lahar berkecepatan 40
mil per jam dan
mengubur kota. Lebih
dari 23.000 orang
tewas.
Posisi kedelapan adalah
Unzen di Kyushu,
Jepang. Gunung setinggi
1.500 m itu masih aktif
hingga kini. Tahun1792
beberapa kubah lahar
roboh, menyebabkan
tsunami yang
membunuh lebih dari
15.000 orang. Letusan
tahun 1991 membunuh
lebih dari 40 orang dan
menyebabkan
bangunan-bangunan di
sekitarnya rusak parah.
Berikutnya Gunung Kelud
di Jawa Timur sejak
abad ke-15 telah
memakan korban lebih
dari 15.000 jiwa.
Letusan gunung itu
tahun 1586 merenggut
korban lebih dari 10.000
jiwa. Sistem untuk
mengalihkan aliran lahar
telah dibuat secara
ekstensif tahun 1926
dan masih berfungsi
hingga kini, setelah
letusan tahun 1919
memakan korban ribuan
jiwa akibat banjir lahar
dingin menyapu
permukiman.
Terakhir, Papandayan
— gunung berapi
semiaktif di Pulau Jawa
itu, tahun 1772,
meletus dan
menghancurkan 40
desa. Lebih dari 3.000
orang mati. Gunung itu
diperkirakan masih
sangat berbahaya dan
terus mengeluarkan
asap dan letusan tahun
1923, 1942, dan terus
meningkatkan kekuatan
tahun 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar