KEMACETAN adalah
salah satu masalah di
banyak negara, baik
negara maju maupun
tertinggal. Itu terjadi
karena pertambahan
penduduk yang diikuti
pertambahan
kendaraan, tetapi tak
diikuti pertambahan
prasarana jalan
memadai. Kemacetan
seakan-akan telah
menjadi santapan
sehari-hari masyarakat
di berbagai kota besar.
Di negara berkembang
seperti Indonesia pun,
kemacetan sudah
menjadi problem
keseharian. Selama lebih
dari satu dasawarsa
masyarakat, khususnya
di Jakarta, tak pernah
bisa mengatasi
kemacetan yang
menjadi-jadi. Padahal,
solusinya sebenarnya
cukup mudah, yaitu
pemerintah
menyediakan mass
rapid transportation
(MRT). Memang sudah
ada bus Transjakarta.
Namun karena
kemacetan tak teratasi
juga, berarti keberadaan
bus itu sebagai MRT
belum efektif.
Mungkin pemerintah
kita bisa meniru
keseriusan Pemerintah
Swiss dalam mengatasi
kemacetan. Baru-baru
ini, Pemerintah Swiss
membangun
terowongan kereta api
(KA) terpanjang di dunia
untuk mengakomodasi
mobilitas warga.
Kemacetan di Swiss
sebenarnya hanya
terjadi di jalan-jalan
untuk akses ke luar
kota. Di dalam kota,
masyarakat tak
mengalami kemacetan
karena tersedia MRT
yang efektif.
Permasalahan timbul di
Swiss karena jalan
berkelok kelok, terjal,
dan berbahaya karena
negara itu terletak di
dataran tinggi. Dengan
keadaan seperti itu,
Pemerintah Swiss
mempunyai gagasan
cerdas membangun
terowongan KA untuk
sarana angkutan
massal menembus
Pegunungan Alpen.
Semula Cuma 16 Km
Pada awal
pembangunan, tahun
1982, panjang
terowongan itu hanya
16 km. Namun seiring
dengan pertambahan
penduduk dan mobilitas
yang meninggi, tahun
1994 pemerintah
menyetujui kembali
membangun
terowongan lebih
panjang.
Pembangunan
terowongan itu untuk
mengurangi truk yang
melintas di sekitar
Pegunungan Alpen yang
terus bertambah.
Pemerintah Swiss
merasa perlu
mengurangi kendaraan
bermotor yang melintas
di sekitar pegunungan
itu, terutama truk
pengangkut barang.
Dengan membangun
terowongan itu
diharapkan sarana
angkutan yang
sebelumnya
menggunakan truk,
dapat beralih ke KA
sehingga polusi di
sekitar Pegunungan
Alpen dapat ditekan.
Langkah itu untuk
mempertahankan
kelestarian lingkungan.
Biaya untuk
megaproyek itu sekitar
Rp 90 triliun. Biaya
sebesar itu memang
pantas untuk
mengatasi masalah
kemacetan di Swiss.
Pemilih Swiss
membiayai proyek itu
dengan membayar
1.300 dolar AS per
orang. Masyarakat
menyetujui
pembangunan
terowongan itu melalui
berbagai referendum
sekitar 20 tahun lalu.
Pertengahan Oktober
lalu, terowongan
sepanjang 57 km yang
bernama Gotthard Base
Tunnel berhasil
menembus Pegunungan
Alpen dan diperkirakan
selesai sepenuhnya
tahun 2017. Itulah
terowongan terpanjang
di dunia, mengalahkan
terowongan bawah laut
Seikan Tunnel di Jepang.
Proses pembangunan
terowongan itu tidak
main-main karena
memakan waktu 16
tahun hanya untuk
menembus Pegunugan
Alpen. Terowongan
dibuat sedemikian rupa
sehingga jika terjadi
sesuatu yang tak
diinginkan dapat
dilakukan evakuasi.
Selain itu, untuk
menghindari penundaan
karena kereta saling
tunggu di terowongan
sepanjang 57 km itu
dibuatlah jalur ganda.
Dua Cara Pengeboran
Pengeboran dilakukan
dengan dua cara, yaitu
peledakan dengan
dinamit untuk batuan
sangat keras dan
pengeboran untuk
tanah standar.
Berat mesin bor 3.000
ton dengan panjang 396
m. Mesin pengebor
dapat mengebor
sepanjang 25-30 m per
hari. Perlu empat mesin
pengebor untuk
mengebor terowongan
yang dilakukan dari
kedua sisi. Memerlukan
sama-sama 25 pekerja
yang bekerja secara
bergiliran untuk
mengoperasikan mesin
bor raksasa itu.
Setiap hari butuh enam
jam untuk mengecek
mesin bor karena
getaran keras yang
ditimbulkan dapat
menyebabkan beberapa
bagian dari alat itu
rusak. Setiap hari 7.000
ton batu dikeruk.
Bebatuan itu dibor dan
disalurkan melalui
conveyor di belakang
mata bor. Seperempat
bagian bebatuan yang
digali untuk menambal
terowongan.
Pengeboran bisa sangat
berbahaya bagi pekerja
karena suhu udara di
dalam terowongan bisa
mencapai 50 derajat
Celcius. Untuk
mengatasi temperatur
udara yang tinggi di
dalam terowongan
dibangun lubang
ventilasi sepanjang 15
km. Lubang ventilasi itu
akan mempertahankan
suhu udara dalam
keadaan normal dan
menjaga kelembapan
udara di dalam
terowongan.
Diameter terowongan
antara 8,8 m dan 9,5 m.
Dengan diameter
sebesar itu,
terowongan dapat
memuat KA bermuatan
dua kali lipat dari
muatan standar. Untuk
mempercepat waktu
pembangunan, empat
terowongan akses
dibangun sehingga
pembangunan bisa
dimulai bersamaan di
empat lokasi berbeda.
Sebanyak 459 juta m3
bebatuan dikeruk dari
dalam Pegunungan
Alpen. Itu cukup untuk
mengisi 13 gedung
Empire State Building di
New York, AS.
Selanjutnya, bebatuan
itu untuk
mengembalikan Danau
Alpine yang telah
dikeruk. Untuk
membangun
terowongan itu
dipekerjakan 2.500
orang.
Selama 14 tahun, mesin
pengebor mengeruk
gunung dari Erstfeld di
utara ke Bodio di
selatan. Pengerukan
terakhir selesai pada 15
Oktober lalu.
Selanjutnya, proses
penyelesaian
dijadwalkan rampung
Desember 2017.
Jika selesai, kelak,
waktu tempuh antara
kota Zurich di Swiss dan
Milan di Italia sejauh 216
km hanya sekitar satu
jam. Menurut rencana,
KA penumpang yang
melintas di terowongan
ini akan berkecepatan
250 km/jam, sedangkan
KA barang 160 km/jam.
Ketika terbuka untuk
lalu lintas tahun 2017,
Gotthard Base Tunnel
akan menggantikan
rekor Jepang dengan
Seikan Tunnel
sepanjang 53,9 km
sebagai terowongan
terpanjang di dunia,
termasuk saluran air,
dan memungkinkan
jutaan ton lebih barang
yang akan diangkut
dengan cepat melalui
Pegunungan Alpen.
Swiss, negara seluas
hanya 42 km2 dan
berpenduduk 7,2 juta
orang, telah melakukan
langkah berani untuk
membangun
terowongan terbesar.
Bagaimana dengan
Indonesia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar